SRC dan TREND Diharapkan Angkat Daya Saing UKM

(Baliekbis.com), Externaal Communications Manager Sampoerna Nazrya Octora menjelaskan dengan membina pelaku UMKM baik itu pemilik toko kelontong yang dibina dengan wadah Sampoerna Retail Community (SRC) dan UKM penghasil produk melalui program Tourism Based Retail Entrepeneurs Development (TREND) diharapkan mampu mengangkat daya saing dan kapabilitas mereka menjadi pelaku usaha yang tidak kalah dengan pengusaha pemodal besar atau toko modern berjaringan.

“Nantinya produk UKM lokal akan dipasarkan melalui toko-toko retail di area Teras Oleh-Oleh binaan SRC yang tersebar di seluruh wilayah Bali berjumlah 1.100 UKM,” ujar Nazrya Octora, Kamis (29/11) saat mengunjungi UKM Binaan Sampoerna di Tabanan.

Dikatakan UKM produk selama ini hanya mengandalkan pameran dan konsumen terdekat untuk pemasaran. “Menyadari ada missing link & match, maka itu kami fasilitasi,” ujarnya,

Sementara Manager Program Yayasan Business & Export Development Organization (BEDO) Jeff Kristianto Iskandarsjah mengatakan selaku pendamping program TREND, pihaknya memperbaiki tata kelola produk UKM binaan agar terjadi proses yang tertata, bersih dan higienis, mulai pengolahan bahan baku hingga produk jadi.

“Ada 5 S sebagai standar acuan tata kelola produksi UKM, pertama mulai disortir; kedua, penataan jenis barang sesuai tempatnya, ketiga, membersihkan sumber kotor; keempat kebersihan menjadi standar baru dan terakhir menjaga kebersihan agar menjadi kebiasaan,” paparnya.

Seperti contoh kasus UKM pengolah padi menjadi beras Gus Agra, Jeff memberikan fokus pada meningkatkan nilai jual dengan mengemas produknya dalam jumlah kecil. Atau dalam kasus pelaku UKM I Wayan Rubadiana yang memproduksi keripik kulit ikan Patin yang mencoba perluas akses pasarnya di toko SRC.

PT HM Sampoerna Tbk melalui proyek binaannya berupaya menciptakan ekosistem usaha untuk membantu pelaku UKM baik penjual toko kelontong (retail) dan UKM produk mampu memaksimalkan potensi dengan membangun jalur distribusi yang berkesinambungan antarkeduanya.
Sementara, Dinas Koperasi dan UKM melalui Bidang UKM Tabanan, Ketut Antara selaku mitra Sampoerna dalam memfasilitasi UKM di Tabanan menyatakan selain pemasaran, pihaknya juga membantu para UKM dengan memberikan kemudahan izin, akses pada permodalan di perbankan serta sertifikasi hak paten produk. Ia menyebut dari 70 produk UKM yang dimohon hak patennya di KemenkumHAM sejak 2015 baru 10 yang memperoleh sertifikat. Tercatat, 39.000 pelaku UKM di Tabanan, sebanyak 75% bergerak di sektor agraris.

Wakil Bupati Tabanan Dr. Komang Gede Sanjaya juga menambahkan masyarakat Tabanan yang dominan bergerak di sektor agraris atau pertanian ini bisa didorong untuk menghasilkan produk UKM unggulan sembari menunggu hasil panen tiba. Seperti sistem pertanian terintegrasi (Simantri) dimana petani juga bisa menghasilkan ternak, telur ayam atau bebek.

Selain itu, bersama dinas terkait secara lintas sektor ia berupaya membantu UKM untuk meningkatkan nilai tambah produk, terutama bahan baku yang tidak digunakan untuk bisa dimanfaatkan seperti sisa bahan baku pembuatan keripik singkong atau kulit buah manggis. Tercatat pelaku UKM Tabanan menyumbang pertumbuhan PDRB sebesar 5,38% di tahun 2017 dan terdapat 1.500 peretail tradsional yang menggerakkan roda perekonomian Tabanan.

Selain Tabanan, Wilayah Kabupaten Buleleng dan Karangasem juga akan menjadi sasaran binaan Sampoerna dimana per wilayah ditarget 20 hingga 30 UKM. Nantinya, Sampoerna akan mengadakan Sampoerna Entrepeurship Training Center (SETC) Expo yang dipusatkan di Denpasar Bali pada 15-16 Desember 2018. Acara ini akan menghadirkan ratusan pelaku UKM dari seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dan memamerkan produk, memperluas jejaring bisnis serta mendapatkan berbagai pelatihan bermanfaat. (bas)