SMASHED Project di SMPN 3 Denpasar, Beri “Life Skills” Praktis Atasi Persoalan Remaja

(Baliekbis.com), SMASHED Project memulai 3 hari program kreatif-edukatifnya di SMPN 3 Denpasar untuk membantu para siswa usia 12-15 tahun membangun keterampilan hidup atau life skills dalam menghadapi persoalan remaja seperti perundungan (bullying), penyebaran berita palsu, dan bahaya minum minuman beralkohol di bawah umur.

Produser-Kurator Program dari SMASHED Project Yudhi Soerjoatmodjo, Selasa (20/8/2019) di sela-sela acara yang berlangsung di SMPN 3 Denpasar mengatakan SMASHED Project berangkat dari latar belakang permasalahan remaja yang menghadapi beragam tantangan dan tuntutan untuk memiliki tanggung jawab yang semakin serius terkait dengan sikap dan pilihan hidupnya.

Karena itu SMASHED Project hadir untuk memberikan sejumlah life skills praktis untuk menyelesaikan berbagai kebingungan, kecemasan dan konflik yang dihadapi remaja agar bisa terus tumbuh menjadi dewasa yang sehat lahir dan bathin.

”SMASHED Project digelar bekerja sama dengan pihak sekolah dan diharapkan dapat melengkapi pendidikan budi pekerti yang diberikan sekolah,” ujarnya. Dikatakan Yudhi, pelaksanaan SMASHED Project di Bali adalah upaya melanjutkan keberhasilan pelaksanaan program yang berlangsung pada tahun 2017-2018. Program ini menunjukkan perubahan positif pada 5.860 siswa kelas 7 dan kelas 8 di 20 SMP Negeri, swasta dan Madrasah di Jabodetabek.

Yudhi

Berdasarkan hasil survey pra dan paska kegiatan terhadap siswa, terjadi perubahan pengetahuan dan sikap yang signifikan antara lain, 66% siswa semakin memahami tentang bahaya perundungan (naik 26% dibanding sebelum mengikuti pelatihan), 77% menjadi lebih tahu ke mana mereka harus bertanya bila menghadapi persoalan, termasuk ke guru BP (naik 28%), pengetahuan siswa terkait usia legal minum alkohol di atas 21 tahun berdasarkan peraturan pemerintah naik sebesar 50%.

Dalam penyampaian pesannya, menurut Yudhi SMASHED project menggunakan metode yang interaktif dan menyenangkan melalui pertunjukan teater serta kegiatan dialog dan workshop membuat poster. Pertunjukan teater diperankan oleh tiga aktor yang kerap tampil bersama Teater Koma dan Teater Bulungan.

Menurut Yudhi, pertunjukkan teater digunakan untuk memberikan pengalaman belajar melalui cerita yang kuat dan menggerakkan emosi. Para siswa akan dibawa ke narasi cerita yang akan menantang mereka untuk memikirkan ulang keputusan-keputusan yang dibuat oleh para karakter tersebut termasuk konsekuensinya.

Selain itu, aktivitas workshop juga menjadi bagian penting dari pengalaman belajar. Setelah menonton pertunjukkan teater, workshop memberikan transisi dari pola pembelajaran didaktik menjadi pelibatan yang lebih interaktif.

Dipandu oleh tim pakar perkembangan anak atau fasilitator dari Program Studi Psikolog Universitas Pembangunan Jaya, para siswa yang mengikuti program dapat mengidentifikasi capaian pembelajaran yang relevan bagi diri masing-masing, yaitu keterampilan dan informasi yang diperlukan agar dapat membuat pilihan bijak dan mencapai tujuan.

Untuk pertama kalinya, SMASHED Project berlangsung di Kota Denpasar dan Kabupaten Tabanan. Yudhi menyatakan pilihan untuk memulai pelaksanaan SMASHED Project di dua daerah ini berdasarkan pada pertimbangan perkembangan pariwisata di Bali yang memungkinkan remaja terpapar dan mengadaptasi budaya yang dibawa oleh turis domestik maupun mancanegara.

Proses adaptasi budaya ini perlu mendapatkan perhatian dan pendampingan yang layak. “Collingwood dan Dapoer Dongeng Noesantara sangat bersemangat membantu dan mendampingi remaja di Bali untuk menghadapi tantangan dan tanggung jawab sebagai wujud proses pendewasaan.

Diharapkan pelaksanaan SMASHED Project di Bali dapat menduplikasi keberhasilan yang telah dicapai pada pelaksanaan sebelumnya di sekolah-sekolah menengah pertama di Jakarta dan sekitarnya dan memberikan manfaat yang sama. “Let’s get smart, don’t get smashed!,” pungkas Yudhi.

Murdana

Di sela-sela kegiatan yang diikuti ratuaan siswa, Kepala SMPN 3 Denpasar Wayan Murdana,MPd. mengatakan kegiatan ini sangat positif bagi siswa. Kalau dulu pendidikan lebih banyak teori, sekarang bisa praktek dan dirasakan langsung oleh siswa.

“Kegiatan ini juga sejalan dengan misi sekolah dalam hal pembangunan karakter,” jelasnya seraya berharap program ini bisa kontinyu sebab membangun karakter tak bisa dalam satu atau dua hari saja.

SMASHED Project digelar oleh lembaga pendidikan Collingwood dari Inggris yang bekerja sama dengan Dapoer Dongeng Noesantara, telah memulai program ini di Bali sejak 5 Agustus hingga awal September 2019 mendatang. Program ini akan menjangkau lebih dari 6.000 siswa di beberapa sekolah menengah pertama di Kota Denpasar dan Kabupaten Tabanan. (bas)