Sinema Bentara Tayangkan Sepilih Kisah Anak Tak Beribu

(Baliekbis.com), Sebagai penutup program Sinema Bentara tahun 2018, pada bulan Desember ini ditayangkan film-film dengan rujukan tematik “Sepilih Kisah Anak Tak Beribu”. Pemutaran berlangsung pada Jumat (14/12) dan Sabtu (15/12) di Bentara Budaya Bali (BBB), Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, Ketewel, Gianyar.

Sinema yang ditayangkan yakni film-film cerita panjang dan pendek dari Indonesia serta mancanegara. Antara lain: Le Grand Homme (Prancis, 2013), Babai (Jerman, 2015) dan Tanah Surga…Katanya (Indonesia, 2012). Secara khusus ditayangkan pula film-film pendek terpilih yang terangkum dalam program Kompetisi 5 – Anak-Anak yang Tidak Merdeka dari Andalas Film Festival, diantaranya Galuh Aryanti (Alpha Pictures Bandung, 2018, Durasi: 12 menit, Sutradara: Robby Nurdiansyah); Tangan-Tangan Kecil II (Freeaktivitas Film Bogor, 2017, Durasi: 21 menit, Sutradara: Agung Jarkasih), dan Cooking Flower (Freeaktivitas Film Bogor, 2018 Durasi: 21 menit, Sutradara: Agung Jarkasih).

Program ini didukung serta bekerja sama dengan Udayana Science Club, Bioskop Keliling BPNB Bali Kemendikbud RI, Goethe Institute Indonesien, Institut Français d’Indonésie, Alliance Française Bali, Metasinema FIB Universitas Andalas, dan Andalas Film Festival.

“Film-film yang ditayangkan kali ini menggambarkan kisahanak-anak yang mengalami pahit getir kehidupan sedini masa mudanya; tidak memiliki ibu, saudara atau ayah oleh berbagai alasan. Anak-anak “korban” situasi tertentu ini melihat hidup dan kehidupannya boleh dikata berbeda dengan anak-anak keluarga umumnya, “ ungkap Vanesa Martida, koordinator pemutaran Sinema Bentara.

Kita dapat menyimak bagaimana perjalanan Nori dalam film Babai (Jerman, 2015) hidup berjualan bersama ayahnya di sepanjang jalanan di Kosovo. Hanya beberapa tahun setelah jatuhnya Tembok Berlin, ayahnya diminta pergi ke Jerman, meninggalkan Nori. Merasa sepi dan putus asa, Nori memulai perjalanan berbahaya ke Jerman untuk mencari ayahnya.

Begitupula dengan Khadji, anak Markov dalam film Le Grand Homme (Prancis, 2013) yang kembali bertemu dengan ayahnya setelah lama ditinggalkan dalam tugas militer. Ketika kawan ayahnya, Hamilton meminjamkan identitas baru kepada Markov setelah ia kehilangan kewarganegaraan Prancis akibat kesalahan militer, Khadji dan Hamilton mesti mencari ayahnya yang hilang.

Tidak jauh berbeda dengan kisah Salman dalam film Tanah Surga…Katanya (Indonesia, 2012), seorang anak laki-laki yang hidup bersama kakek, ayah, dan saudara perempuannya di wilayah perbatasan Indonesia – Malaysia. Mereka memiliki penghasilan dibawah rata-rata. Meskipun Salman mencitai Tanah Air, ia harus memilih untuk ikut bermigrasi ke negara tetangga demi penghidupan yang lebih layak atau tetap tinggal di Indonesia.

Sementara film-film dari Andalas Film Festival secara umum mengetengahkan tokoh anak-anak yang kehilangan karakter atau sosok seorang “Ibu” atau orang tua yang dapat dijadikan panutan; akibat ketidakhadiran mereka dalam tumbuh-kembang keseharian anak yang riang. Selain tayang film, diselenggarakan pula Diskusi Sinema bersama Dr. Purwadi, M.Hum, seorang antropolog dan dosen di Universitas Udayana. (ist)