Sinema Bentara: Pahlawan Dalam Layar Film

(Baliekbis.com), Kisah-kisah tentang kepahlawanan memang tak lekang dikikis zaman. Merujuk tajuk “Pahlawan Dalam Layar Film”, sosok pahlawan semasa perang dan pahlawan dalam keseharian, kini ditayangkan dalam Sinema Bentara pada Kamis (16/11) dan Jumat (17/11) di Jalan bypass Prof. Ida Bagus Mantra No. 88A, Ketewel, Gianyar. Ada 4 film terpilih dari dalam dan luar negeri, peraih berbagai nominasi dan penghargaan, yang akan ditayangkan. Agenda ini sekaligus juga dalam rangka memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November. Pemutaran dan diskusi film berkala ini digelar oleh Bentara Budaya Bali bekerjasama dengan Udayana Science Club serta didukung Bioskop Keliling BPNB Bali Wilayah Kerja Bali, NTB, NTT, Kemendikbud RI, Pusat Pengembangan Film Kemendikbud RI, Indian Cultural Centre Bali dan Konsulat Jenderal India di Denpasar, Alliance Francaise Bali. Mengedepankan suasana nonton bareng yang guyub dan hangat, pemutaran film kali ini masih digelar dengan konsep Misbar di halaman terbuka dan layar lebar. Selain itu secara khusus dihadirkan pula diskusi bersama Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A, dosen Program Studi Film dan Televisi ISI Denpasar. Ia menamatkan pendidikan S-1 di Jurusan Sastra Inggris, Universitas Udayana (2001-2005), dan menempuh pendidikan S-2 pada Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Gadjah Mada (2010-2012). Sebelumnya, film-film berlatar perang telah banyak digarap oleh sutradara Indonesia sejak tahun 50-an. Dari sutradara legendaris Usmal Ismal dengan “Darah dan Doa” (1950) hingga yang teranyar dari sutradara sohor Garin Nugroho “Soegija” (2012) dan Viva Westi “Jendral Soedirman” (2015). Film-film yang tidak semata menceritakan suasana kegentingan saat perang atau konflik di suatu wilayah, namun juga mengajak kita untuk menyelami pengalaman sehari-hari terangkum dalam Sinema Bentara kali ini.

 

Film Doea Tanda Cinta (Indonesia, 2015, Sutradara: Rick Soerafani) yang berdasarkan skenario dari Jujur Prananto ini mengisahkan tentang Bagoes dan Mahesa yang merupakan prajurit sekaligus sahabat sejak akademi militer, bertemu dengan seorang gadis anggun bernama Laras dan menaruh hati padanya. Selain itu, film Le Havre (Perancis, 2011, Sutradara: Aki Kaurismaki) juga tidak kalah menarik. Berkisah tentang pengalaman bocah imigran yang terlunta-lunta di Paris dan ditolong oleh seorang penyemir sepatu. Film ini menerima penghargaan Louis Delluc Prize 2011, Jussi Award 2012 for Best Film, Best Direction, Best Script, Best Cinematography, Best Editing, dan Best Supporting Actreess. Dapat kita saksikan pula bagaimana seorang terpelajar yang bekerja di NASA Amerika Serikat, memutuskan untuk pulang dan membangun sebuah pembangkit listrik tenaga air di India, tanah kelahirannya pada film Swades (India, 2004, Sutradara: Ashutosh Gowariker). Film ini meraih penghargaan Filmfare 2015 untuk Aktor Terbaik, Musik Latar Terbaik, Penghargaan Film Nasional 2005 untuk Sinematografi Terbaik, Penghargaan Zee Cine untuk Artis Wanita Pendatang Baru Terbaik dan Best Sound Re-Recording, Global Indian Film Award untuk Aktor Terbaik. Melalui film pendek Pangreh (Indonesia, 2016, Sutradara: Harvan Agustriansyah), kita seakan dihadapkan pada kenyataan akan pilihan hidup yang getir dan tidak mudah. Berbeda dengan film-film lain yang kerap menghadirkan sosok ‘pahlawan’, film ini justru menegaskan bahwa tiada lain yang dapat menolong, kecuali diri kita sendiri. Film ini meraih dukungan Fasilitasi Produksi Film Pendek oleh Pusat Pengembangan Film RI 2016. Pangreh menerima penghargaan Piala Maya untuk Film Pendek Terpilih 2016, Film Pendek Terbaik pada Apresiasi Film Indonesia 2016, Best Short Film pada Chennai International Short Film Festival 2017 India, turut serta pada sejumlah festival nasional dan internasional seperti: Festival Film Indonesia 2016, Istanbul International Short Film Festival 2016; Toronto Reel Asian International Film Festival 2016; Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2016; Brno16 International Short Film Festival 2016, Republik Ceko; Balinale International Film Festival 2016; Fribourg International Film Festival 2017, Swiss; Nepal Human Rights International Film Festival 2017; CinemAsia Film Festival 2017, Belanda; dan Minikino Film Week 2017. “Selain esensinya sebagai transfer of knowledge, Sinema Bentara kali ini juga memberi kesempatan pada wirausaha muda serta komunitas-komunitas bertalenta untuk turut memeriahkan Pasar Misbar, Konsep ini tetap mengedepankan suasana nonton bersama yang guyub, hangat, dan akrab” ungkap Vanesa selaku koordinator acara Sinema Bentara. (ist)