Shrida, Sebuah Melting Pot Baru di Ubud, Tempat Bertemunya “Asam di Gunung dan Garam di Laut”

(Baliekbis.com),Ubud adalah jantung budaya pulau Bali. Ubud adalah pusat artistik Bali. Museum seni dan galeri yang menyimpan karya terbaik para seniman Bali berupa lukisan, patung, ukiran, dan lain-lain, dari yang klasik sampai yang modern ada di desa ini.

Ubud yang mengalami perkembangan secara ekonomi yang sangat pesat ini tetap sebuah desa yang dingin kalau malam hari dengan bentangan sawah terasering yang sangat indah. Ubud menjadi makin populer namanya karena datangnya para seniman asing seperti Walter Spies, Rudolf Bonnet, Han Snel, Antonia Blanco dan Arie Smith, juga kemudian disusul seniman Indonesia lain seperti Affandi, Wa Fong, Abdullah, Srihadi Soedarsono dan lain-lain.

Salah satu seniman nasional yang masih tetap memiliki pertalian erat dengan Ubud dari sejak zaman dulu hingga kini dan turut berperan mengharumkan nama Ubud melalui karyanya adalah pelukis Srihadi Soedarsono. Banyak karyanya lahir dari desa Ubud ini. Ia mendirikan villa Royal Kamuela Villas & Suites di Monkey Forest dan restaurant Shrida di Jalan Bisma, Ubud.

Khusus untuk Shrida –yang merupakan perpaduan nama antara Srihadi dan Farida, istrinya tercinta dan yang dalam bahasa Sansekerta “shrida” artinya pemberi keindahan, kemakmuran dan kepositifan— Srihadi ingin menjadikan tempat ini sebagai sebuah melting pot, tempat berkumpulnya para seniman dan profesi lainnya, tempat yang sebagaimana kata pepatah, bertemunya “asam di gunung dan garam di laut”.

Dengan pertemuan itu mereka bisa saling mengisi, memberi inspirasi satu sama lain, membuat network, menjalin ikatan baru untuk menghasilkan karya yang lebih produktif dan kreatif. Acara kumpul-kumpul itu dinamakan “bincang-bincang sore Art.Culture.Culinary.” dan diadakan dua kali sebulan.

Pelukis Srihadi (kiri) dan Suteja Neka.

Srihadi Soedarsono sendiri sebagai seniman bisa dijadikan model bagi kalangan anak muda atas dedikasi dan loyalitasnya yang tinggi pada seni, hingga beliau menjadi maestro seni yang sangat dihormati dalam jagad seni nasional dan internasional.

Menurut Jean Couteau, pengamat seni Indonesia, kekayaan ekspresi Srihadi tak ada tandingannya secara nasional. Dia dikenal sebagai seorang koloris ulung. Sebagai pelukis beliau mengedepankan warna sebagai sarana ekspresinya. Warna-warna diolahnya di dalam nuansa-nuansa yang tak terhingga jumlahnya –kemungkinan besar, hal ini tidak ada padanannya di antara pelukis dunia. Warna-warna dalam karyanya itu bukanlah sembarang warna tanpa tujuan. Warna, dengan segala varian dan permainannya, hanyalah sarana bagi Srihadi untuk mengungkap suatu pesan simbolis yang berakar dari budaya Jawa: renungan di seputar hubungan antara insan manusia di satu pihak dan Ilahi di lain pihak.

Misalnya, seri-seri pemandangan pada lukisan Srihadi, ia menyandingkan tanda-tanda mungil kehadiran manusia –berupa sesajen, pura, perahu, dll. yang hampir ’tertelan’ di tengah alam, alam mana mengambil wujud lapis-lapis warna (untuk laut, sawah dll).
Lukisan-lukisan itu adalah rumusan modern dari konsep “Manunggaling Kawulo Gusti” tradisi Jawa.

Bagi penikmat seni, budaya dan kuliner, yang datang ke Ubud, akan lebih lengkap jika mengunjungi Shrida, Taste of Ubud. Shrida adalah pilihan gaya hidup gastronomi Indonesia di Ubud. “Konsep restoran ini menawarkan keseimbangan antara keindahan manusia dan estetika makanan. Manusia itu indah ketika ia memiliki pemikiran yang indah tentang orang lain, dan mampu melihat segala sesuatu dengan cara yang indah, termasuk mengapresiasi seni makanan yang disajikan secara artistik, layanan memuaskan dan makanan dan minuman khas Bali dan Nusantara spesial yang selalu penuh kejutan dengan bahan-bahan segar yang baik bagi tubuh dan jiwa,“ kata Yoke Darmawan, konsultan Shrida –taste of Ubud, Minggu (30/6/2019) di Ubud.

Shrida Restoran terdiri dari 3 lantai. Lantai dasar bisa melayani para tamu untuk sarapan, makan siang dan makan malam yang menyajikan menu ala carte dengan pilihan terbaik dimana masing-masing hidangannya memiliki kekhasan tersendiri. Lantai kedua adalah bar lengkap yang menyajikan minuman anggur dan minuman koktail yang sempurna untuk sore dan malam hari.

“Lantai tiga didedikasikan untuk tamu yang menghargai seni penyajian hidangan (the art of plate). Kami mempersembahkan semuanya itu agar para tamu mendapatkan kesenangan dan kepuasan,” kata Chef Made yang berlatar pendidikan kuliner Perancis dan Mediteranian ini. (ist)