Setelah BPR Legian, Giliran OJK Cabut Izin BPR Calliste Bestari

(Baliekbis.com), OJK Regional 8 Bali Nusra mencabut izin BPR (Bank Perkreditan Rakyat) Calliste Bestari yang beralamat di Jalan Raya Denpasar-Tabanan, Selasa (13/8/2019).

Sebelumnya pada 21 Juni 2019, OJK juga mencabut izin usaha BPR Legian yang beralamat di Jalan Gajah Mada Denpasar. Di tahun 2017, tepatnya pada tanggal 3 November 2017, OJK juga melakukan hal yang sama pada PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) KS Bali Agung Sedana, yang beralamat di Jalan Raya Kerobokan Kuta, Badung.

Pencabutan izin usaha BPR Calliste Bestari yang beralamat di Jalan Raya Denpasar – Tabanan No.7B, Banjar Grokgak Kabupaten Badung, ditetapkan dalam Keputusan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-141/D.03/2019 tentang Pencabutan Izin Usaha PT Bank Perkreditan Rakyat Calliste Bestari pada tanggal 13 Agustus 2019.

“Sebelum dilakukan pencabutan izin usaha, OJK sudah menetapkan status BPR Calliste sebagai BPR Dalam Pengawasan Intensif (BDPI) karena kinerja keuangan yang memburuk,” ujar Kepala Kantor OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara Elyanus Pongsoda, Selasa (13/8/2019) di Denpasar.

Dikatakan Elyanus penetapan BDPI tersebut berlaku sejak tanggal 16 Mei 2018 sampai 16 Mei 2019 dan dalam masa tersebut pemegang saham dan pengurus telah diberikan kesempatan untuk melakukan penyehatan melalui action plan yang dibuat oleh Direksi.

“Dalam masa BDPI tersebut, ternyata kinerja BPR Calliste semakin memburuk, yang tercermin dari rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) posisi 28 Februari 2019 menjadi di bawah 4%. Sehingga memenuhi ketentuan ditetapkan sebagai BPR Dalam Pengawasan Khusus (BDPK) terhitung sejak 29 Maret 2019 sampai 29 Juni 2019,” jelasnya.

Selanjutnya, sampai dengan batas waktu tersebut, Pengurus dan Pemegang Saham Pengendali (PSP) tidak dapat merealisasikan upaya penyehatan rasio KPMM paling sedikit 8% sehingga memenuhi kriteria BPR tidak dapat disehatkan dan diteruskan kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya.

Menurut Elyanus, penyebab BPR Callieste bermasalah karena adanya praktek perbankan yang tidak sehat, baik oleh Pengurus maupun Pemegang Saham. Sehingga kinerja keuangan BPR menjadi buruk terutama rasio KPMM tidak memenuhi standar yang ditetapkan sesuai ketentuan yang berlaku paling sedikit 8%.

Dengan pencabutan izin usaha BPR tersebut, LPS akan menjalankan fungsi penjaminan dan melakukan proses likuidasi sesuai Undang-undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 2009. Otoritas Jasa Keuangan mengimbau kepada nasabah BPR agar tetap tenang karena dana masyarakat di perbankan termasuk BPR dijamin LPS sesuai ketentuan yang berlaku. (bas)