Serangkaian HUT ke-815 Kota Bangli, Peradah Bahas Potensi dan Strategi Kebudayaan

 (Baliekbis.com), Hari Ulang Tahun ke-815 Kota Bangli diperingati pada 10 Mei 2019. Berbagai kegiatan digelar Pemerintah Kabupaten Bangli untuk memperingati ibukota dari satu-satunya kabupaten yang tak memiliki pantai di Pulau Dewata.

Tak terkecuali DPK Peradah Indonesia Bangli yang memiliki cara berbeda dalam memperingati hari jadi ibukota kabupaten. Mengambil momentum Banyupinaruh, Minggu (12/5), organisasi kepemudaan ini menggelar kegiatan rembug budaya bertajuk DIPA (Diskusi Bersama Peradah) Bangli #3, yang mengambil tema “Potensi dan Strategi Kebudayaan di Kabupaten Bangli”. Kegiatan digelar di Gedung PHDI Bangli, yang menghadirkan pembicara kunci Kadis Kebudayaan, Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana.

Ketua DPK Peradah Indonesia Bangli I Ketut Eriadi Ariana, dalam paparannya mengatakan potensi kebudayaan di Bangli sejatinya sangat kaya. Namun, aspek tersebut belum digarap dengan serius, sehingga tidak banyak memberi manfaat kepada masyarakat.

“Potensi Bangli beragam, ada banyak sebaran cagar budaya, ritus-ritus maupun tarian sakral yang unik, serta potensi kesenian juga kesastraan. Namun, potensi itu terkesan tidak tergarap dengan optimal, sehingga diperlukan strategi yang tepat dalam mengelolanya,” ujarnya.

Sementara itu, Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana mengatakan, dalam konsep pemajuan kebudayaan Bali ke depan, Pemprov Bali akan menitikberatkan kepada desa adat. Menurutnya, keterlibatan desa adat dan kebudayaan Bali tidak dapat dipisahkan.

 “Kebudayaan Bali mencakup tradisi, adat, agama, seni, dan budaya. Cakupan tersebut tidak dapat dilepaskan dengan desa adat sebagai sebuah komunitas adat yang dibangun atas kahyangan tiga, awig-awig atau pararem, prajuru adat, karma adat, dan padruwen adat,” katanya.

Dikatakan, pemajuan kebudayaan Bali meliputi empat aspek, yakni pelindungan yang mencakup pemeliharaan, pengamanan, penyelamatan, dan publikasi, kemudian ada pengembangan yang meliputi penyebarluasan, pengkajian, dan pengayaan keberagaman.

“Selanjutnya adalah pemanfaatan yang mencakup kerakter bangsa, ketahanan budaya, serta kesejahteraan, peran aktif dan pengaruh bangsa di dunia internasional. Sedangkan aspek epmbinaan meliputi sumber daya manusia kebudayaan, lembaga kebudayaan, dan pranata kebudayaan,” paparnya.

Wakil DPRD Bangli, I Komang Carles mengatakan kebudayaan Bali yang digarap berbasis desa semestinya dapat direspon dengan tepat oleh masyarakat, termasuk di Bangli. Gelontoran dana yang akan masuk desa melalui dana desa dapat dimanfaatkan untuk pengembangan-pengembangan aspek kebudayaan, sehingga dapat memberikan manfaat berkelanjutan terhadap krama desa adat.(ist)