Semakin Modern, PLN UID Bali Dukung Pengembangan IoT untuk Hidroponik di Desa Pelaga

(Baliekbis.com), Petani modern kini makin melirik cara bertani dengan hidroponik. Hasil panen yang lebih bersih, organic dan premium memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi. Inovasi pertanian untuk memingkatkan produktivitas juga makin dikembangkan. Mulai dari penggunaan sinar UV untuk merekayasa pertumbuhan tanaman, hingga teknologi lainnya seperti pengendali hama, rekayasa nutris, termasuk penyiraman otomatis telah banyak digunakan.

PLN turut mengambil andil peran dalam pengembangan teknologi di bidang pertanian. Sejak meluncurkan program Electrifying Agriculture untuk mendorong produktivitas pertanian, PLN juga senantiasa mendukung para petani muda modern untuk mengembangkan berbagai teknologi.

Digitalisasi pertanian juga mulai digunakan untuk mempermudah para pelaku usaha di bidang pertanian, salah satunya adalah penggunaan Internet of Things (IoT) yang mulai digemari petani – petani di Bali.

Wayan Mudita ketua kelompok tani Mimba Farm  ini juga turut mengaplikasikan IoT pada usaha Hidroponik miliknya. Ia membangun green house di lahan seluas 500 m2 miliknya ia menanam kebutuhan sayur mayur premium seperti selada, bayam inggris, zukini, dan tanaman herbal seperti rosemary, thyme, mint, dan coriander.

“Kami menggunakan sistem irigasi tets dengan menggunakan teknologi IoT yang dikendalikan melalui smartphone untuk mengatur suhu, kelembapan, kadar air dan penyiraman berkala serta pemupukan organik cair,” terang Murdita.

Tak hanya itu, Ia juga menggunakan sistem irigasi dengan bantuan pipa dan microchip untuk mengatur tetesan, serta sprinkle untuk penyiraman dengan sistem memutar.

“Semua pengaturan ini saya bisa monitor dan lakukan dari rumah saya yang jaraknya 1,5 jam dari kebun hidroponik ini,” jelasnya.

Pengaturan ini menurutnya meningkatkan efisiensi karena mampu menghemat kebutuhan air sekaligus menghemat tenaga kerja.

Mudita mengakui omzet yang mampu ia peroleh perbulannya berkisar antara Rp 5- – 60 juta. Inipun setelah dikurangi biaya – biaya operasional termasuk kebutuhan air rata – rata 1.000 – 3.000 liter per harinya, dan konsumsi listrik sebesar Rp 1,5 juta per bulannya.

“PLN membantu kami tak hanya di sisi kelistrikan saja namun juga teknologi dengan sistem IoT sehingga memudahkan kami untuk melakukan semua kegiatan pemeliharaan hidroponik,” kata Murdita.

Saat ini, lahan perkebunan hidroponik miliknya tak hanya ia gunakan secara komersil saja, namun juga sebagai wadah bagi masyarakat untuk menimba ilmu.

“Kini teman – teman dari SMK pertanian Badung sedang melakukan PKL di tempat kami, sebelumnya juga terdapat beberapa Universitas yang melakukan kajian, dan kami terima sebagai ajang edukasi pertanian,” kata Murdita.

Manager Komunikasi PLN UID Bali, I Made Arya menjelaskan bahwa program Electrifying Agriculture menjadi salah satu terobosan PLN dalam mendukung peningkatan perekonomian melalui pertanian.

“Tak hanya kemudahan dalam mengakses kebutuhan listrik, namun PLN juga turut mendukung melalui program tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan menyalurkan bantuan berupa berbagai kebutuhan pendukung seperti IoT yang mampu mempermudah petani meningkatkan produktivitasnya,” ungkapnya. (ist)