Sebagian Besar Melalui Surabaya, Bali Perlu Pelabuhan Barang

(Baliekbis.com), Sebagian besar barang ekspor dari Bali belum bisa langsung melainkan harus melalui pelabuhan Surabaya. “Saat ini 40 persen lebih barang ekspor melalui pelabuhan Surabaya. Ke depan Bali perlu memiliki pelabuhan laut yang memadai untuk itu,” ujar Kadis Perindag Bali I Putu Astawa saat menghadiri Penganugerahan Desainer Terbaik yang berlangsung di Gedung Fashion Bali Creative Industry Center (BCIC) Jl. WR. Supratman No. 302, Tohpati, Denpasar, Senin (26/11). Dalam acara itu ada enam desainer muda terbaik dari seluruh Indonensia yang karya-karyanya di bidang kriya dan fesyen tampil sebagai juara.

Menurut Astawa, saat ini sedikitnya 42 persen barang yang diekspor dari Bali harus melalui Surabaya. Kondisi ini dari segi bisnis jelas kurang efisien. Karena itu Bali ke depannya perlu menyiapkan pelabuhan laut sehingga tak lagi harus melalui pelabuhan luar yang biayanya akan menjadi lebih tinggi. Di sisi lain, hadirnya pelabuhan juga akan memberi mulitiflier effect yang besar bagi perekonomian Bali. “Ekspor Bali juga terus bertumbuh, jadi ini peluangnya sangat menjanjikan,” tambah Astawa.

Di Bali, pelabuhan laut itu menurut Astawa sebenarnya sudah ada, sehingga jangka pendek ini tak harus membuat yang baru. Seperti Pelabuhan Benoa yang sudah berjalan. Namun untuk jangka panjang, perlu ada pengembangan sebab Benoa saat ini juga melayani wisatawan cruise yang jumlahnya terus meningkat. Sementara Pelabuhan Celukan Bawang menurutnya terkendala jarak yang cukup jauh. “Tapi kalau ada short cut tentu bisa lebih cepat dan lancar,” ujarnya.

Astawa menjelaskan ekspor Bali tiap tahun terus meningkat. Total nilai ekspor sekitar 600 juta dolar AS. Produk ekspor Bali menurutnya cukup beragam, namun terbanyak kerajinan (perak), ikan tuna dan kayu dengan negara tujuan terbesar Amerika. Mengingat tingkat persaingan yang begitu tinggi, Astawa mengatakan perlu ada terobosan baik sisi inovasi maupun pasar agar produk marketable. “Kalau monoton pasar akan jenuh. Jadi peran BCIC (Bali Creative and Industry Center) ini sangat penting untuk melahirkan produk-produk kreatif,” tambahnya.

Sebelumnya Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian RI Gati
Wibawaningsih mengatakan pihaknya akan memfasilitasi hasil karya para desainer agar bisa diproduksi secara massal oleh UKM sehingga dapat menembus pasar (ekspor). Dirjen IKM juga mengatakan karya desainer muda terbaik pemenang IFCA akan menjadi ujung tombak Industri Kreatif Kriya dan Fesyen di masa yang akan datang dengan karya desain yang inovatif dan mendunia. Dalam pelaksanaan IFCA 2018, Dirjen IKM berkolaborasi dengan Taiwan Design Center dalam bidang peningkatan kapasitas Desainer melalui Workshop Desain yang akan dilaksanakan di Taiwan. Enam desainer terbaik tersebut akan diberangkatkan ke Taiwan selama 7 hari untuk mendapatkan workshop desain dan menghadiri Taiwan Golden Pin Design Awards untuk membuka wawasan dan meningkatkan kapasitas mereka. (bas)