Sarasehan Gema Perdamaian, Damai Jadikan Hidup Lebih Sabar dan Ikhlas

(Baliekbis.com), Manusia dihadapkan oleh banyak persoalan duniawi, baik di level individu, keluarga hingga bangsa dan negara. Menyikapi persoalan itu diperlukan strategi di dalam mengelola hidup sehingga hidup ini selalu bisa lebih sabar, ikhlas dan bahagia, dimulai dari diri sendiri.

Hal itu ditegaskan Steering Committee Gema Perdamaian Ida Rsi Wisesanatha, Ir. A.A. Putu Agung Suryawan Wiranatha, M.Sc, Ph.D, Made Adi Sutha Rama (Prabhu Ram) dan sejumlah senior Komunitas Pengayah Gema Perdamaian didampingi Ketua Organizing Committee Gema Perdamaian 2018, Kadek Adnyana dalam Sarasehan Panitia Gema Perdamaian, Sabtu (1/9) di Gong Perdamaian, Desa Budaya Kertalangu, Denpasar.

Menurut Ida Rsi Wisesanatha, Komunitas Pengayah Gema Perdamaian selalu terpanggil untuk mengajak masyarakat agar memiliki mindset damai di dalam dirinya. Kata Ida Rsi, mengisi mindset masyarakat dengan doa dan rasa damai itu sesuatu yang kongkrit dan itulah tugas utama para pengayah GP.

“Damai memiliki dimensi yang luar biasa dan perlu terus ditanamkan di dalam diri setiap individu agar mampu meraih kehidupan yang bahagia (peacefull) yang dilandasi oleh cinta kasih (compassion) sehingga setiap orang bisa menjalani hidup hidupnya lebih berenergi dan powerfull” papar Ida Rsi. Sementara A.A. Putu Agung Suryawan Wiranatha, salah satu anggota steering committee GP yang juga Ketua Umum Paiketan Krama Bali menilai, suasana damai lebih kuat terpancar dari para peserta sarasehan tersebut.

“Saya sangat berbahagia melihat suasana damai terpancar lebih kuat daripada sarasehan tahun-tahun sebelumnya” ujar Agung Suryawan.
Bunda Shinta Sutami, salah satu senior pengayah Gema Perdamaian menyatakan, sejatinya Indonesia ini sudah damai.

Menurut tokoh Sai Study Group Indonesia ini, meskipun Indonesia terdiri dari lebih dari 700 suku bangsa dan 17 ribu pulau, namun para founding father Indonesia telah meletakkan dasar yang kokoh sehingga Indonesia ini tetap berdiri berdasarkan Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan UUD 1945. “Kita harus tetap berpikir dan bersikap positif bahwa Indonesia ini tetap damai, warga negaranya bersatu dalam keberagaman (unity in diversity).

Ia salut dengan semangat pelayanan (ngayah) yang dilakukan oleh para aktivis Gema Perdamaian yang tak kenal lelah mengabdi untuk negeri. Ni Nyoman Kartini mewakili kelompoknya memaparkan, setiap individu memiliki cara tersendiri untuk mendamaikan dirinya sendiri. Ia mensinergikan ajaran Hindu Tri Kaya Parisudha dengan 3 H (Head, Heart and Hand) sebagai cara untuk memelihara rasa damai di dalam diri sendiri.

Salah satu pengurus Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Bali, A.A. Rai Tirthawati memandang, damai itu sangat penting jika setiap orang ingin meraih GTS (Good, Trust, Smart). Salah satu tokoh perempuan Bali yang juga Ketua BKOW merangkap Ketua IWAPI Bali, Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H, M.M, M.H memberikan dua kata kunci yang singkat dan padat tentang makna damai yakni sabar dan ikhlas.

Kata Tini Rusmini, syarat untuk mencapai hati damai adalah sabar dan ikhlas. Komang Diastuti salah seorang pengurus Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Bali mengaku untuk pertama kalinya mengikuti sarasehan Panitia Gema Perdamaian. Ia bersyukur bisa bergabung dengan Komunitas Pengayah Gema Perdamaian dan mendapatkan sahabat-sahabat baru para aktivis Gema Perdamaian.

Ketua OC Gema Perdamaian, Kadek Adnyana menyampaikan terima kasih atas fasilitas dari pihak Gong Perdamaian. Sarasehan Panitia Gema Perdamaian itu diawali oleh penandatanganan MoU antara Steering Committee Gema Perdamaian dengan para stakeholder Gema Perdamaian seperti BKOW, IWAPI dan HIPMI Bali yang diikuti oleh sekitar 100 an peserta pegiat damai ini berlangsung hingga pukul 18.00 Wita dan diakhiri dengan doa alam semesta serta foto bersama di Monumen Gong Perdamaian dunia (ist)