Sambut Hari Santri, Ketua PWNU Bali: Santri Harus Profesional dan Mandiri

(Baliekbis.com), Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU) Provinsi Bali menggelar Istighotsah Kubro: Dzikir dan Doa untuk Keselamatan Bangsa di Gedung PWNU Bali, Jalan Pura Demak, Denpasar, Minggu (21/10) malam.

Kegiatan yang diikuti ratusan umat muslim dan santri ini dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional yang jatuh pada Senin 22 Oktober 2018. Acara dipimpin langsung Ketua PWNU Provinsi Bali Haji Abdul Aziz bersama Rais Syuriah PWNU Bali Kyai Haji Noor Hadi, Ketua Pagar Nusa Bali Haji Zainuri, Ketua LDNU Provinsi Bali Ustad Imaduddin, serta Ketua MUI Kota Denpasar. Tampak hadir juga salah satu sesepuh NU di Bali H.M. Eko Budi Cahyono dan sejumlah pengurus PCNU Kabupaten/Kota di Bali salah satunya Wakil Ketua PCNU Badung Haji Bambang Sutiyono.

Terkait peringatan Hari Santri Nasional, Ketua PWNU Provinsi Bali Haji Abdul Aziz menyampaikan harapannya agar para santri terus berpacu sesuai kemampuan, profesional dan mandiri. “Para santri tidak sekadar mencari ilmu di pesantren tapi harus eksis menguasai segala bidang baik sektor pemerintah maupun di masyarakat dan sektor swasta atau bisnis,” ujarnya.

Di sisi lain dijelaskan Istighotsah Kubro ini sekaligus mendoakan keselamatan bangsa dan negara di tengah banyaknya bencana seperti gempa bumi di Lombok NTB, gempa dan tsunami Palu, Donggala dan Sigi di Sulawesi Tengah serta daerah lainnya di Sumatera. “Istighotsah ini memohon kepada Allah agar bangsa ini diselamatkan dan dijauhkan dari bencana. Agar bangsa ini aman, sejuk dan kita bisa beribadah dengan baik,” ujar Haji Abdul Aziz .

Sementara itu salah satu sesepuh NU di Bali H.M. Eko Budi Cahyono kembali berpesan keberagaman dan kebersamaan sangat penting untuk terus dirawat dan dijaga. Hal itu juga penting untuk menepis dikotomi minoritas atau mayoritas. Apalagi Bali memang menjadi rumah toleransi dan pluralisme. “Kami tidak ingin ada lagi dikotomi mayoritas dan minoritas. Semua kita rangkul. Jadi kita kedepankan dan kuatkan toleransi serta hargai pluralisme di Bali. Intinya kita ingin berbuat yang terbaik buat Bali,” tegas Eko.

Ia juga menyampaikan keberadaan warga Nadliyin (NU) di Bali untuk bersama-sama membangun Bali terutama para santri yang memang menetap di Bali. Ia meyakini santri di Bali tidak mengenal yang namanya hoaks, tidak ada pengkotak-kotakan. Semua punya cita-cita dan tujuan yang sama yakni bersama-sama membangun bangsa dan negara. “Kita semua hidup rukun dan damai di Bali. Ini modal yang sangat kuat untuk bersama-sama membangun Bali,” tegas pria yang juga ekonom dan pendiri Ekonomi Bali Creatif itu. (emc)