Rochineng Buka Dharma Shanti Nyepi Caka 1940

(Baliekbis.com), Pemkab Gianyar menggelar Dharma Shanti Nyepi Tahun Caka 1940, yang dipusatkan di wantilan Pura Samuan Tiga, Bedulu, Blahbatuh, Kamis, (12/4). Dharma Shanti yang mengambil tema “Melalui Dharma Shanti Nyepi Tahun Caka 1940 Kita Tingkatkan Soliditas Sebagai Perekat Kebhinekaan Untuk Mewujudkan Gianyar yang Aman, Damai, dan Sejahtera” dibuka secara resmi Penjabat (Pj) Bupati Gianyar, DR. I Ketut Rochineng, SH.,MH., dihadiri para sulinggih se-Kabupaten Gianyar, Sekdakab Gianyar, I Made Gede Wisnu Wijaya serta pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Lingkungan Pemkab Gianyar.

Pada kesempatan tersebut juga diserahkan punia secara simbolis kepada sulinggih, pemangku, bendesa, kelian adat serta pekaseh se-Kabupaten Gianyar. Punia tersebut sebagai bentuk apresiasi Pemkab Gianyar terhadap para sulinggih, pemangku, bendesa, kelian adat serta pekaseh yang memegang peranan penting dalam menjalankan nilai-nilai agama Hindu, budaya dan pembangunan Gianyar yang berlandaskan Tri Hita Karana sehingga tercapai Gianyar yang aman dan damai.

Kepala Bagian Kesra Setda Kabupaten Gianyar, Ngakan Ketut Jati Ambarsika, SE, MM mengatakan, sesuai dengan tema yang diusung, diharapkan umat mampu memaknai pelaksanaan Catur Brata Penyepian sebagai moment instrospeksi diri untuk mewujudkan Moksartaham Jagadhita yang dimulai dari diri sendiri. Meningkatkan toleransi antar umat beragama, persatuan antar sesama.

“Kegiatan ini merupakan rangkaian pelaksanaan Hari Raya Nyepi, 28 Maret 2017 sebagai wujud syukur karena telah terlaksana dengan baik serta toleransi yang tinggi dari seluruh warga Kabupaten Gianyar,” terang Ngakan Ketut Jati Ambarsika.

Ngakan Jati Ambarsika menambahkan, Dharma Santhi Caka 1940 diikuti oleh 650 peserta yakni, 187 Sulinggih Se Kabupaten Gianyar, Bendesa Desa Pakraman se- Kabupaten Gianyar sebanyak 272 orang, perbekel dan lurah se-Kabupaten Gianyar, Forkomindo dan Instansi terkait MMDP, PHDI serta FKUB.

Pj Bupati Gianyar, DR. I Ketut Rochineng, SH.,MH., mengatakan, pelaksanaan Catur Brata Penyepian Caka 1940 sangat istmewa karena bertepatan dengan Piodalan Sanghyang Aji Saraswati yang dipercaya sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan. Selain senbagai ajang instrospeksi diri, pelaksanaan Catur Brata Penyepian juga sebagai sarana untuk meningkatkan keluhuran budi pekerti, kesucian buana alit dan buana agung. Begitu juga dengan perayaan Hari Suci Saraswati, umat diharapkan supaya ingat dengan Jnana Atma yang sangat penting untuk mewujudkan tujuan dharma kehidupan yaitu Widya Dhanam, Sarwadhana Lan Pradanam, Jnana Atma atau ilmu pengetahuan sebagai harta yang utama.

“Membangun bangsa dan negara tidak hanya bisa berdasar harta dan kekayaan alam saja. Tetapi, sumber daya manusia yang berbudi luhur, pondasi utama untuk menuju kesukertan jagat,” terang Rochineng.

Rochineng berharap, pelaksanaan Hari Suci Nyepi dan Saraswati juga bisa meningkatkan persatuan umat sesuai dengan Tri Hita Karana yakni, srada dan bhakti yang tidak hanya ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa namun juga kepada semua makhluk hidup. (hms)