Reses Mangku Pastika di Monkey Forest, Kesehatan Kera dan Keasrian Lingkungan Agar Dirawat

(Baliekbis.com), Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. mengatakan tantangan di sektor pariwisata akan makin ketat. Karena itu aset pariwisata yang ada agar dirawat dengan baik.

“Pariwisata itu sensitif, jadi harus pandai-pandai mengelolanya. Apalagi kita masih bergantung banyak dengan turis yang ke Bali,” ujar Mangku Pastika saat kegiatan reses di Monkey Forest, Padang Tegal Ubud, Senin (25/7).

Reses yang dipandu Nyoman Wiratmaja didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara
mengangkat tema “Monkey Forest Melestarikan Flora dan Fauna di Tengah Pengembangan
Eco Tourism”.

Menurut Komang Adhi selaku Operational Manager Monkey Forest dan Bendesa Adat Padang Tegal Ubud Made Parmita, di saat pandemi dimana tak ada wisatawan, pengelola wisata hewan primata ini mengalami kendala untuk pakan kera. “Sebulan perlu biaya yang besar untuk operasional karyawan dan pakan satwa. Untung ada LPD yang membantu kredit,” jelas Parmita.

Saat ini diakui kunjungan turis mulai menggeliat. Rata-rata kunjungan berkisar 2.000 per hari sejak April lalu. Di saat normal kunjungan rata-rata 4 ribuan per harinya. “Kami bersyukur turis mulai datang sehingga perawatan kera bisa berjalan dengan baik,” jelas Adhi didampingi pula sejumlah rekannya.

Namun tantangan ke depan pihaknya menghadapi kendala dalam upaya pelestarian tanaman hutan yang ada termasuk perawatan kera. Sebab sebagian pohon yang ada sudah tua-tua dan banyak yang roboh dan merusak pohon lainnya. “Kami sudah laporkan kondisi yang terjadi ke pihak terkait namun belum ada tanggapan,” ujar Parmita.

Untuk perawatan kera agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit, dijelaskan pihak pengelola dalam hal ini Desa Adat Padang Tegal melakukan sterilisasi kera sehingga populasinya terkendali. Saat ini ada sekitar 1.200 lebih satwa primata ini. Dengan sterilisasi ini, pertambahannya bisa dikendalikan hingga 50 persen. 

Mengatasi kebutuhan pakan yang cukup tinggi, Mangku Pastika menyarankan agar bisa memanfaatkan lahan yang ada dengan tanaman yang bisa menghasilkan pakan ternak. “Seperti yang dilakukan Taman Bali Safari dimana karyawan juga menanam buah-biahan di lahan yang ada untuk mendukung ketersediaan pakan satwa di sana,” ujar mantan Gubernur Bali dua periode ini. Menurut Komang Adhi, total lahan kawasan Monkey Forest ini hampir 30 hektar, separonya digunakan untuk parkir. Di dalam kawasan juga ada beberapa pura dan berbagai jenis tanaman untuk keperluan upacara. (bas)