​Reses Dr. Mangku Pastika,M.M. di Gianyar, Kelompok Simantri Harapkan Bantuan Alat Pencacah Pakan Ternak

(Baliekbis.com),Ketua Kelompok Simantri 742 Manu Sejahtera di Desa Keramas Gianyar menjelaskan perkembangan ternak di kelompok tersebut cukup bagus. Namun masih kesulitan mengolah pakan ternak.

“Kami perlu alat pencacah untuk pakan ternak agar lebih mudah dan cepat,” ujar Ketua Kelompok Simantri 742 IGA Indra Agung saat dikunjungi Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M., Sabtu (23/7) di Keramas.

Kunjungan Mangku Pastika yang juga penggagas Program Simantri (Sistem Pertanian Terintegrasi) dalam rangka reses, dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.

Mangku Pastika yang mendirikan Simantri saat menjabat Gubernur Bali 2008-2018 mengatakan pertanian terintegrasi dengan pemeliharaan ternak ini sangat penting bagi kesejahteraan petani sekaligus pelestarian alam Bali menuju Bali Organik.

“Hasil utama dari ternak sapi di Simantri ini adalah kotorannya baik itu urine sapi maupun  kotoran padat. Kalau nanti sapinya beranak itu sebagai bonus,” jelasnya.

Karena itu, diharapkan progran Simantri ini bisa menjadi sumber penghasilan petani, terlebih di saat pandemi dimana sektor pariwisata dan ikutannya mengalami keterpurukan. “Jadi bertani dan beternak bisa menjadi pilihan yang menjanjikan saat ini,” tambahnya.

Mangku Pastika menambahkan, pihaknya akan mengunjungi Kelompok Simantri yang jumlahnya 800-an. “Saya ingin tahu seperti apa kondisinya sekarang, berapa yang masih, yang maju atau tak jalan,” jelasnya.

Sementara Ketua Simantri 741 Agung Indra mengatakan sapi di kelompoknya terus berkembang, meski diakui sebagian anggotanya ada yang tidak aktif. Kondisi ini berpengaruh bagi kelompok terutama dalam penyediaan pakan. “Karena itu kami sangat membutuhkan alat pencacah sehingga bisa lebih mudah dan cepat dalam pemberian pakan sapi,” ujarnya.

Menurutnya, sebelum pandemi kotoran ternak cukup laku karena dipasok ke hotel-hotel selain dimanfaatkan anggota kelompok. “Saat pendemi banyak hotel tidak beroperasi sehingga kotoran ternak sebagian tidak tersalur,” jelasnya.

Sebelumnya dalam dialog dengan sejumlah pengelola Simantri terungkap ribuan ton pupuk organik yang dihasilkan dari kelompok Simantri menumpuk di gudang karena tidak bisa dipasarkan. “Masalahnya izin edar berbulan-bulan belum terbit, padahal perlengkapan administrasi sudah terpenuhi. Kalau kita paksa jual bisa ditangkap karena dianggap ilegal,” ujar Ketua Forum Simantri Gusti Susila belum lama ini.

Menghadapi kondisi tersebut, mantan orang nomor satu di Bali ini minta petani terus bekerja dan tidak putus semangat mengembangkan potensi pertaniannya. “Saya juga akan berupaya membantu, nanti kita sama-sama ke pusat,” jelasnya. (bas)