Reses Dr. Mangku Pastika, M.M., Revitalisasi Simantri Relevan Menyejahterakan Petani

Apapun namanya sekarang, yang penting bisa menjadi alternatif ekonomi dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.

(Baliekbis.com), Anggota DPD RI Dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika, M.M. mengatakan dengan program Simantri (Sistem Pertanian Terintegrasi),
petani bisa mendapatkan nilai tambah mulai dari kotoran untuk pupuk, biogas dan urine selain anakan sapi.

“Dengan nilai ekonomi yang tinggi dan menguntungkan itu mau tidak mau kita harus kembali ke sektor primer yakni pertanian dalam arti luas untuk menghadapi pandemi ini agar kebutuhan bisa terjaga sebab hidup harus tetap berjalan,” jelas Mangku Pastika saat reses melalui vidcon, Kamis (29/7) di DPD RI Perwakilan Bali.

Reses dengan tema: “Revitalisasi Simantri sebuah
Upaya untuk Menyejahterakan Petani” yang dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja menghadirkan narasumber UPT Pertanian Terpadu Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. Bali dan beberapa praktisi.

Mangku Pastika selaku pendiri Simantri ketika menjabat Gubernur Bali 2008-2018 ini di awal paparannya pada intinya ingin mengetahui sejauh mana keberadaan program tersebut yang kini berubah nama jadi Sipadu.

Sebab ketika progam saat itu berjalan, ratusan Simantri berkembang pesat. “Bahkan sampai sekarang ini ada BUMDes yang bisa jual pupuk Simantri 3 truk/hari, bukan jual sapi,” tegasnya.

Nyoman Widnyana Putra

Namun dari informasi yang ada saat ini kondisinya sudah berubah. Menurut mantan Kapolda Bali ini sumber masalah di tubuh Simantri karena tidak ada prioritas dan juga karena kondisi pandemi ini. Tapi tambahnya pariwisata yang menjadi andalan belum memungkinkan saat ini. “Karena itu mau tidak mau harus kembali ke pertanian ‘back to farming. No farming no live’,” ujarnya.

Peluang pertanian saat ini sangat menjanjikan. Seperti sapi, Bali ditarget pusat 1 juta ekor, tapi yang baru dipenuhi separonya. Jadi kuncinya prioritas melalui politik anggaran agar lebih masif mengangkat sektor ini.

Menurut Kepala UPT Pertanian Terpadu Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. Bali Nyoman Widnyana Putra saat ini Simantri tetap dipertahankan melalui program Sipadu.

Namun diakui program ini mengalami sejumlah kendala di lapangan sehingga sebagian tidak berjalan dengan baik. Kondisi tersebut tidak terlepas dari minimnya anggaran serta pembinaan. “Dari 752 kelompok yang tersebar di seluruh Bali hanya dilayani 20 pendamping,” jelas Widnyana.

Dicontohkan salah satu yang perlu dibenahi adalah manajemen, sebab ada kelompok yang tak memiliki kas. Sehingga begitu kontrak lahan habis, tak bisa perpanjang sewanya. Untuk keberlanjutannya pihaknya bekerja sama dengan swasta. “Model simantri juga diadopsi daerah lain,” jelasnya.

Angsana, peserta vidcon mengatakan pupuk organik Simantri banyak dibutuhkan. Karena itu ia berharap keberlanjutan program ini. Peserta lain Sender mengatakan usaha bisa survive kalau hitung-hitungannya untung. (bas)