Reses Dr. Mangku Pastika, M.M.: Peternak Belum Nikmati Keunggulan Sapi Bali

Semua tahu keunggulan sapi Bali, tapi kenyataannya peternak lokal belum menikmati keuntungannya.

(Baliekbis.com), Ternyata sapi Bali yang terkenal dengan banyak kelebihannya yang selama ini menjadi salah satu branding Bali telah berkembang pesat di luar Bali bahkan hingga luar negeri.

“Sapi Bali dipelihara besar-besaran di Jawa hingga Kalimantan. Bahkan Perdana Menteri Malaysia mengembangkan hingga ribuan ekor. Lantas apa yang terjadi di Bali, kenapa peternak tak bisa maksimal memanfaatkan potensi besar ini,” ujar Anggota DPD RI Dapil Bali Made Mangku Pastika saat reses via vidcon, Senin (26/7) dari DPD RI Perwakilan Bali di Renon.

Reses mengangkat tema “Tantangan dan Prospek Sapi Bali untuk Menyejahtera” dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja menghadirkan birokrasi, akademisi dan praktisi di sektor peternakan.

Melihat kondisi tersebut, mantan Gubernur Bali dua periode ini berharap potensi ternak ini bisa ditangani dengan baik sehingga peternak (kecil) bisa menikmati keuntungan. “Kalau melihat sapi Bali ini dipelihara begitu besar di luar Bali, jelas bisnis ini telah diketahui keuntungannya.

Sebab sapi Bali dikenal memiliki banyak keunggulan di antaranya badannya yang tidak terlalu besar sehingga harganya terjangkau, tulangnya kecil sehingga dagingnya banyak. Dan sapi Bali sangat adaptif terhadap lingkungan,” ujar Mangku Pastika.

Wayan Supadno

Untuk pengembangan sapi dalam kapasitas besar sejatinya bisa dilakukan di Bali. Yang penting ada komitmen bersama. “Saya kira pola Simantri bisa diadopsi, tinggal dimodifikasi sebab apa yang dilakukan peternak luar tak beda jauh,” jelasnya.

Sebagaimana disampaikan pelaku usaha ternak sapi Wayan Supadno yang mengaku rutin mendatangkan sapi Bali untuk dipelihara. “Saat ini sapi Bali yang kembangkan di Kalimantan 700 ekor lebih,” jelasnya. Jumlah tersebut kalah jauh dengan rekannya yang memelihara ribuan sapi di Jawa. Bahkan Perdana Menteri Malaysia membudidayakannya ribuan ekor.

Wayan Supadno yang akrab disapa Pak Tani mengaku sedih melihat sapi Bali justru tak banyak dikembangkan peternak di tempat asalnya. Padahal pengembangan dalam jumlah besar, biaya pemeliharaan (HPP -Harga Pokok Peoduksi) akan menjadi sangat rendah, bahkan bisa nol. “Caranya pelihara sapi di tengah kebun pakan ternaknya sehingga biaya pengeluaran bisa ditekan rendah,” jelas Pak Tani berapi-api.

Dari pengalamannya, dalam satu hektar tanaman rumput unggul cukup memenuhi kebutuhan 100 ekor sapi. Dengan pengembangan skala besar kotoran dan urine sapi bisa dimanfaatkan sehingga menekan biaya produksi (HPP). Sebab harga kotoran dan urine cukup tinggi.

Permintaan sapi tumbuh 6,4 persen per tahun. Kebutuhannya sangat besar. Karena kebutuhan tinggi sehingga impor sampai 1,5 juta ekor/tahun.

Sementara di Bali, peternak rata-rata memelihara dua ekor. Sehingga biaya pengadaan pakannya jadi mahal dan untungnya rendah. Peternak mengaku kesulitan modal dan pakan. “Umumnya peternak memelihara sapi masih sebagai sambilan dan sampingan,” ujar Kabid Peternakan Dinas Pertanian Bali AA Intan. Populasi sapi Bali tahun 2020 sebesar 550 ribu ekor.

Dalam webinar mengemuka pula banyaknya sapi Bali yang diselundupkan ke luar. Diduga terjadi jual beli izin. Ini dinilai bisa mengancam pelestarian sapi Bali. Sebab dalam aksi ilegal ini banyak sapi betina yang keluar dan akhirnya disembelih.

Menurut Kadis Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali Agung Suta pihaknya sudah melakukan upaya dengan mengeluarkan izin se cara online.

Menurut Mangku Pastika, tak cukup sebatas menerbitkan izin, yang tak kalah penting pengawasannya di lapangan. Izin jual beli ini mereka lakukan karena lebih murah. “Mereka bukan jual sapi, tapi izin. Karena itu izin setelah terbit harus diawasi,” tegas mantan Kapolda Bali ini.

Dosen Peternakan Unud Prof. Suparta mengatakan pemeliharaan sapi Bali masih tradisional. Terkait izin, menurutnya sapi yang keluar Bali mestinya yg diatur beratnya. “Jadi yang berat berapa bisa keluar. Jangan bergantung pada kuota,” sarannya. (bas)