Reses Dr. Mangku Pastika, M.M.: Petani Harus Terapkan Teknologi Hadapi Persaingan yang Makin Ketat

(Baliekbis.com), Petani sudah selayaknya menerapkan teknologi, baik untuk meningkatkan produksi, kualitas hingga pemasaran.

“Ingat daerah lain termasuk luar negeri juga gencar bisnis di bidang pertanian. Mereka juga menerapkan teknologi agar menghasilkan produk yang unggul. Jadi kita juga harus seperti itu agar bisa bersaing,” ujar Anggota DPD RI Dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat reses secara virtual dengan petani durian dan vanili Buleleng, Sabtu (26/2). Dialog dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.

Menurut Mangku Pastika, durian belakangan ini memang lagi trend. Di Indonesia, sejumlah daerah mengembangkannya dalam areal cukup luas dengan memberi sentuhan teknologi sehingga menghasilkan produksi yang tinggi termasuk kualitas.  Di Makassar ada mirip supermarket durian dengan berbagai jenis dan olahan seperti dodol.

“Singapura adalah pasar durian padahal gak punya pohonnya. Saya makan durian di sana, bahkan ada yang rasa keju, rasa mentega juga rasa kelapa. Ternyata itu datang dari Malaysia dan Thailand. Tidak ada dari Indonesia,” ujarnya.

Hebatnya, tambah mantan Gubernur Bali dua periode ini, durian ada sepanjang tahun. Ini tentu berkat sentuhan teknologi. Sementara di Indonesia justru tergantung musim. Karena itu, petani diharapkan bisa memberi sentuhan teknologi sehingga mampu bersaing. Petani juga diingatkan agar menyisihkan hasilnya agar bisa menghadapi kondisi buruk ketika gagal panen.

Koordinator Durian Ki Raja Made Dwiki asal Madenan yang merintis durian unggul (Ki Raja) mengatakan durian warisan kakeknya itu memiliki kualitas bagus. Dalam lomba, durian Ki Raja ini mendapat juara. Sehingga banyak pejabat di Buleleng mengunjungi duriannya. “Pangdam Udayana periode sebelumnya juga sempat datang,” jelas Dwiki.

Ia melihat prospek durian yang begitu bagus, sebab harganya saat ini Rp 50 ribu/kg. Ini tentu bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Dwiki berharap ke depan, budidaya durian ini bisa menjadi semacam agrowisata. Saat ini ada pengembangan bibit 2 ribu pohon.

Menurutnya yang menjadi masalah saat ini adalah mindset petani yang ingin hasil cepat sehingga menggunakan pupuk kimia. “Saran saya, sebaiknya petani jangan disubsidi pupuk sintetis, sebab duren yang memakai pupuk sintetis banyak mati dan buahnya tidak bagus. Justru dengan kotoran sapi dan kambing hasilnya bagus,” ungkap Dwiki.

Sementara Ketua Kelompok Tani Sari Bhakti Bongan Cina Buleleng Dewa Suarsa dan rekannya Made Arma yang kini gencar mengembangkan vanili mengaku harga komoditi yang populer disebut “emas hijau” ini lagi sedang bagus. “Perkilo vanili basah sampai Rp175 ribu. Pemasaran juga tidak sulit karena pembeli yang datang,” jelasnya. Diakui dulu petani sempat berhenti tanam vanili karena serangan jamur fusarium yang mengakibatkan busuk batang.

Namun tanpa diduga, sisa biji vanili di kebun banyak tumbuh dan ternyata lebih tahan. Sehingga ini yang mulai dikembangkan petani. Menurut Dewa Suarsa dengan pupuk buatan yang dikembangkannya, tanaman tumbuh dengan baik. Ini membangkitkan semangatnya untuk meneliti dan mengembangkan vanili.

Made Arma menambahkan vanili sempat jadi primadona tahun 80-an. Namun karena serangan jamur fusarium, komoditi ini sempat hilang. Namun kini bangkit lagi.

Melihat semangat petani, Mangku Pastika mengingatkan agar petani menguatkan kelompok untuk memfasilitasi sarana produksi termasuk pemasaran. Dengan makin luasnya budidaya, maka pasar harus bisa dikendalikan. “Pemasaran ini penting, jadi harus ada narasi yang tepat dan bagus sehingga bisa menggugah pasar,” saran Mangku Pastika. (bas)