Reses Dr. Mangku Pastika, M.M., Ke Depan Ekonomi Bali Harus Seimbang

(Baliekbis.com), Ekonomi Bali di masa depan harus seimbang, antara industri kreatif, pertanian dan digitalisasi selain pariwisata.

“Sebelumnya Bali dominan bertumpu di pariwisata yang sangat rentan. Jadi kalau mau jujur, Bali tanpa pariwisata ya seperti kondisi yang sekarang ini,” ujar Wakil Ketua Kadin Prov. Bali Prof. IB Raka Suardana sebagai salah satu narasumber saat acara reses Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika, M.M., Rabu (28/7) via vidcon di DPD RI Perwakilan Bali.

Reses dengan tema “Strategi Transformasi Pemulihan Ekonomi Bali di Tengah Pandemi Covid-19” yang dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja juga menghadirkan narasumber Kepala KPw BI Bali serta dari OJK Bali Nusra.

Menurut Prof. Raka Suardana selama ini Bali terlalu mengandalkan sektor tersier (jasa) 68 persen, sedangkan sektor primer (pertanian) 15 persen. Sementara di saat pandemi ini, orang dilarang keluar dan terbatas bergerak sehingga ekonomi tersendat.

Dikatakan dampak pariwisata sangat besar, seperti Badung ekonominya sampai minus 16 persen, padahal di tahun 2019 tumbuh di atas 5 persen. Denpasar yang juga banyak bergantung di sektor tersier ini juga nasibnya tak beda jauh.

Melihat kondisi ini, menurut Prof. Suardana, Bali perlu penguatan sektor primer untuk mendukung pergerakan ekonominya karena sektor ini punya banyak keunggulan. Dosen Undiknas University ini menambahkan pemulihan ekonomi ke depan, Bali bisa mengandalkan sektor-sektor yang masih bergerak seperti kuliner, industri rumahan, industri kreatif, pertanian dan kelautan yang ekspornya besar.

Sementara Mangku Pastika mengingatkan covid sejauh ini belum beri kepastian kapan berakhirnya. Meski demikian harus tetap optimis dan selalu kreatif karena hidup harus jalan. “Pandemi ini bikin sengsara, tapi ada yang jadi kaya raya karena jual vaksin, oksigin, masker, dll. Seperti Cina sudah ekspor 500 juta masker, belum yang lainnya,” ujar mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Di sisi lain dikatakan apa Bali masih bisa mengandalkan pariwisata atau harus bertransformasi. Sebab kalau mau bisnis, bisnis apa? Jangan sampai tersesat di jalan yang terang karena tak ada yang beri arah.

Menurut Mangku Pastika apapun kondisinya harus optimis dan bangkit. Kalau dicermati Bali jauh lebih beruntung dibanding daerah lain. Sebab modal Bali masih besar, fasilitasnya juga bagus. Istilahnya ‘Berag-beragan gajah masih ada muluknya. Bali sudah dikenal luas dan ini bisa ‘dijual’.

Mangku Pastika bahkan optimis pariwisata akan tetap hidup, tapi modelnya seperti apa. Ini tugas para ahli pariwisata. “Bisa manfaatkan digitalisasi seperti Work from Bali, Work from Home, termasuk digitalisasi bagi UMKM. Jadi yang harus disiapkan SDM-nya,” tambah Mangku Pastika.

Kepala BI Perwakilan Bali Trisno Nugroho menjelaskan ekonomi Bali di triwulan II sempat membaik dibanding bulan sebelumnya. Tapi ketika PPKM Darurat pada Juli ini ekonomi kembali turun. Trisno melihat kemampuan pertanian bisa memenuhi kebutuhan Bali. Sebab banyak produk unggulan yang bisa dihasilkan. Juga digitalisasi penting dalam menggerakkan pertumbuhan. “Kami memprediksi di 2021 ekonomi bisa tumbuh minus 2-4 persen,” jelasnya.

Trisno menambahkan ada beberapa sektor yang bisa mendorong pertumbuhan di antaranya pertanian modern, ekonomi digital dan pariwisata berkualitas. Saat ini, 79 persen UMKM belum digitalisasi. (bas)