Reses Dr. Mangku Pastika, M.M.: Hilirisasi Tingkatkan Nilai Tambah Petani

Indonesia bukan hanya berlimpah daratan juga laut dan air. Ini sumber daya yang luar biasa dan kalau digarap secara maksimal bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

(Baliekbis.com), Pertanian ke depannya harus bisa terintegrasi. Kalau tidak petani akan sulit untung dan sejahtera.

“Untuk itu perlu inovasi dan kreativitas. Seperti ikan lele yang kini banyak dibudidayakan bisa diolah jadi ikan asin, abon atau olahan lainnnya selain dijual segar dan dibumbu. Di Palembang ada ikan gabus asin yang sangat laku di pasaran,” ujar Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat reses via vidcon, Kamis (29/7) di DPD RI Perwakilan Bali.

Reses yang mengangkat tema “Perikanan Sistem Bioflok sebagai Solusi Normalisasi Danau Batur” dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja menghadirkan narasumber Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangli serta Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar.

Dalam reses tersebut mengemuka masalah yang dihadapi petani mulai bibit, lahan budidaya, pakan yang mahal serta persaingan di bidang pemasaran.

Seperti diungkapkan Kasi Produksi dan Usaha Budidaya Dinas Perikanan dan Ketahanan Kota Denpasar Ni Made Rai Sumarni, SP., M.Agb
Peluang budidaya perikanan sangat menjanjikan. Potensinya 966 hektar. Namun yang baru dimanfaatkan 12,6 ha (1,3 persen) untuk budidaya perikanan.

Diakui tingginya alih fungsi lahan menjadi salah satu kendala. Karena itu konsep urban farming dengan memanfaatkan lahan tidur dan pekarangan diintensifkan. “Sistem bioflok sejak 2019 telah dikembangkan. Ini efektif karena Denpasar minim air dan lahan,” jelasnya.

Namun tingginya harga pakan saat ini menjadi kendala. Sebab 80 persen biaya produksi dari pakan. Karena itu dia berharap ada solusi, semacam subsidi untuk pakan. Ketersediaan benih juga sering langka. Rai menambahkan kendala pemasaran dihadapi petani karena saat panen, juga banyak produk sejenis masuk dari luar. Ia berharap ada regulasi agar produk lokal bisa terproteksi.

Sementara Kabid Perikanan Dinas PKP Kab. Bangli Drh. I Wayan Agus Wirawan, M.Si. di awal paparannya melontarkan kesedihannya karena di pertengahan Juli ini puluhan ton ikan di Danau Batur Kintamani mati karena terjadinya fenomena “up welling”. Up welling adalah suatu fenomena alam dimana proses pengadukan/ perputaran massa air terjadi akibat permukaan danau rendah dan adanya tiupan angin kencang di permukaan air. Fenomena ini sudah sejak 2013 dan terus meluas serta dampaknya makin besar.

“Kejadian ini menimbulkan banyak kerugian bagi petani. Hampir semua yang berada di pesisir danau terdampak. Bahkan 25,9 ton ikan danau yang mati terpaksa diolah jadi pupuk,” jelasnya.

Wirawan menambahkan untuk budidaya ikan dengan KJA di danau diusahakan yang ramah lingkungan. Tahun 2020 ada kelompok yang dibantu bioflok. Tapi pelaksanaannya belum optimal karena masalah teknis (lingkungan), dan SDM yang masih tradisional. “Jadi mereka perlu dibantu pembinaan dan pelatihan,” harapnya.

Menanggapi hal itu Mangku Pastika mengatakan pentingnya kemandirian dalam artian jangan terlalu bergantung dari luar. Seperti pakan ikan yang harganya tinggi. “Sekarang ini kita tergantung pakan beli. Dulu peternak babi bisa bikin pakan sendiri.

Peternak sapi juga bikin pakan sendiri sehingga HPP (Harga Pokok Produksi) nol,” ujar mantan Gubernur Bali dua periode ini. “Jadi di sini penting peran pakar ciptakan pertanian modern agar petani makin sejahtera,” jelasnya.

Petugas pendamping kelompok ikan budidaya dari Kementerian Kelautan Perikanan Khairul Anwar mengatakan terkait kesulitan pemasaran karena seringkali pembudidaya itu “latah”. Karena permintaan tinggi, semuanya ingin budidaya lele, sehingga panennya pun bersamaan di suatu daerah. Belum lagi ketika ada pasokan datang dari luar Bali.

Terkait Danau Batur yang udaranya dingin menurutnya kurang cocok untuk pertumbuhan ikan nila. “Sebaiknya pelihara ikan ke darat apa dengan bioflok atau cara lain,” ujarnya. Ia menyarankan agar jangan hanya menjual ikan segar, tetapi juga hilirisasi harus diperhatikan. Seperti ada usaha rumah makan, membuat olahan abon lele. (bas)