Reses Dr. Mangku Pastika, M.M.: Bertani Jangan Sekadar Ikut-ikutan

(Baliekbis.com), Produk pertanian di masa mendatang memiliki prospek makin cerah asal dikembangkan dengan profesional baik sisi pemeliharaan hingga pemasarannya. Produk harus dikemas dengan baik dan mudah dijangkau konsumen.

“Kalian sebagai milenial, bertani harus berpikir dan berinovasi, jangan sekadar ikut-ikutan saja. Orang terus tanam padi, padahal sudah tahu harga gabah anjlok. Akhirnya beli pupuk saja tidak cukup. Orang Indonesia hidupnya tidak bisa lepas dari cabe, maka kalian tanamlah cabe tapi jangan semuanya tanam cabe nanti harganya anjlok. Jadi tanamlah yang orang tidak tanam,” ungkap Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika, M.M. saat reses melalui Vidcon di Klungkung, Jumat (16/4).

Reses yang diikuti anak-anak ashram Gandhi Sevagam Klungkung itu dipandu tim ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja mengangkat materi terkait pertanian yang saat ini mulai banyak digeluti kaum muda, milenial.

Mangku Pastika mengakui bertani itu sebuah bisnis karena ada perencanaan dari mulai pemilihan bibit produk hingga pada marketing. Marketing bahkan dinilai sebagai hal sangat vital. Meski demikian pelaku usaha tani bisa menimba ilmu marketing ini dari google.

“Tinggal disesuaikan dengan kebutuhan. Yang penting produknya harus bagus, kemudian price-nya disesuaikan dengan segmen pasar. Kalau kemurahan orang gak mau beli karena mengira produk jelek, lihat production cost dan yang lainnya,” tambah mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Selanjutnya menyangkut placement, bagaimana mendekatkan barang ini ke konsumen, sehingga konsumen gampang kalau mau beli. Promosi juga harus dilakukan secara intens, potret produk, kasi komentar, masukkan media sosial, bisa juga lewat pameran.

Penyerahan paket sembako ke Ashram Gandhi Sevagam, Ds. PakseBali Klungkung disaksikan Ida Rsi Putra Yaksa Daksa Manuaba.

“Sekarang semua pameran sudah virtual. Jadi buatlah event bagus sehingga promosinya bagus lalu ada testimoni yang libatkan orang-orang terkenal dan tokoh masyarakat yang followers-nya banyak.
“Nanti after sale service-nya juga harus bagus, manis dan ramah. Kenapa orang Bali terkenal di dunia? Orang Bali itu ramah, suka senyum, suka sapa. “To be seen, you must stand up”. Jadi untuk terlihat, kamu harus berdiri supaya semua orang tahu. “To be listened, you must speak up” untuk didengar, kamu harus berbicara,” pesan Mang Pastika.

Menanggapi pernyataan Ida Rsi Putra Yaksa Daksa Manuaba dari ashram terkait mesin penggilingan padi, menurut Mangku Pastika, hal ini dalam beberapa kali pertemuan sudah dibahas. “Bahkan sejak saya jadi gubernur sampai hari ini, tentang slip, ada ribuan slip di Bali ternyata. Jadi ada banyak, bahkan mereka punya mesin pengeringnya sehingga tidak usah dijemur. Tapi sekarang sebagian besar bangkrut dan tidak jalan. Di desa saya di Petemon saja ada 5, tapi semuanya tidak jalan. Setelah saya cek, ternyata hampir semua yang punya slip itu penjudi. Pengurusnya bangkrut karena uangnya habis untuk berjudi,” tambah mantan Kapolda Bali ini.

Jadi modal untuk beli gabah dari petani saja tidak bisa. “Kita harus jujur menyampaikan. Kita hanya mengeluh gabah kita dibeli murah oleh tengkulak. Mereka butuh uang untuk membayar utang. Itu yang terjadi, hingga harganya suka-suka. Slip di Bali itu putus. Padahal hasil sampingan dari slip itu banyak. Ada dedak atau ot pesak, ot halus. Ot pesak dipakai untuk bercocok tanam sebagai media. Itu pun kita ga punya lagi. Ga dapat dedak lagi, kita harus beli dari Jawa. Itulah persoalan SDM kita, kalau mau jujur,” ujarnya.

Mangku Pastika mengaku penasaran kenapa kok bisa di Jawa, padahal kalo soal permodalan ada Jamkrida Bali Mandara dan BPD. Modalnya juga tidak terlalu banyak, mungkin hanya Rp200 juta sudah bisa menggantikan tengkulak-tengkulak itu, dan hasil sampingannya itu banyak.

Karena itu Mangku Pastika mengaku salut kalau ada anak muda yang mau bertani, bahkan kalau mau pakai teknologi Jepang. “Saya sudah didatangi tim Kumamoto Jepang, di Tabanan itu mau ada kontrak beli beras sesuai harga yang dijanjikan, hanya mereka mau olah sendiri. Begitu dipanen, gabah tidak didiamkan lama-lama langsung masuk pabrik dan digiling. Berasnya seperti restoran Jepang, jadi nasinya jadi lain. Dulu saya mau buat di Tabanan, yang beli sudah setuju, tapi otoritas setempat tidak setuju, sebabnya non teknis,” jelasnya.

Di sisi lain, Mangku Pastika mengaku menanam 400 pohon kelor di Sekolah Taruna Mandara untuk makan para siswa supaya sehat. Sudah berdaun sayangnya sekarang muridnya belum masuk.

Sementara Ida Rsi mengaku bangunan untuk slip sudah ada di Tampaksiring dan di Batuan. Sementara anak-anal ashram menyatakan antusiasme mereka bertani. Di ashram berbagai tanaman dikembangkan seperti pisang, papaya, kelor. Bahkan Dinas Ketahanan Pangan memberi bantuan rumah bibit.

Terkait pembuatan eco enzyme yang dilakukan di Ashram Gandhi Puri, Mangku Pastika yang sudah merasakan manfaatnya berharap bisa dikerjakan di tempat-tempat lain. Jadi barang-barang bekas bisa dikelola menjadi barang-barang yang lebih mahal, bernilai ekonomi tinggi. Di akhir dialog interaktif, Mangku Pastika melalui tim ahli Ketut Ngastawa menyerahkan bingkisan sembako kepada anak-anak ashram. (bas)