Reses Dr. Mangku Pastika, M.M., Atasi Sampah, Tiap Desa (Adat) Harus Punya TPST

(Baliekbis.com), Persoalan sampah di Bali sulit tuntas, salah satunya karena warga didorong untuk buang sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sehingga sampah tetap menumpuk. Padahal sampah itu mestinya diolah, apa jadi kompos atau produk berguna lainnya.

“Masyarakat taunya pindahkan sampah dari rumahnya. Kalau ingin tak ada sampah mestinya sampah diolah. Karena itu sebaiknya tiap desa (adat) punya TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) seperti yang dilakukan di Seminyak,” jelas Koordinator Bali Resik Ayu Widiasari saat dialog interaktif terkait Reses Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M. yang digelar melalui vidcon dari TPST Seminyak, Rabu (17/2).

Dialog yang dipandu Tim Ahli Nyoman Wiratmaja didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara menghadirkan narasumber Ketua TPST Seminyak, Tim Bali Resik dan Dinas Kesehatan Provinsi Bali terkait penanganan sampah medis. Juga hadir Bendesa Adat Seminyak dan Lurah Seminyak.

Ayu Widiasari yang hadir bersama tim mengatakan kalau sampah bisa ditangani desa maka timbunan sampah di TPA bisa dikurangi. Apalagi sampah yang ada sekitar 80 persen merupakan bahan organik sehingga tak sulit mengolahnya jadi pupuk (kompos).

“Desa bisa bikin TPST dengan dana desa (adat). Warga diajak berperan dengan memilah sampah untuk bisa diolah. Ini akan mendatangkan hasil,” jelasnya. Ia juga berharap Mangku Pastika bisa memperjuangkan ke pusat agar tiap desa bisa memiliki TPST ini.

Supardi dari Bali Resik juga menyarankan agar sampah setelah dipilah, jangan lagi dijadikan satu ketika diangkut sehingga tak bercampur. Bila perlu ada sanksi bagi warga yang buang sampah tanpa dipilah lebih dulu. Misalnya, sampahnya tak diangkut.

Penyerahan sembako kepada petugas TPST Seminyak oleh Ketut Ngastawa mewakili Mangku Pastika

Ketua TPST Seminyak Komang Ruditha Hartawan mengaku dengan keterlibatan berbagai pihak termasuk pengusaha, 179 meter kubik sampah tiap hari di wilayahnya bisa diolah, baik sebagai kompos maupun bahan campuran aspal jalan. “Kami bahkan kekurangan bahan baku plastik untuk campuran aspal. Dari pesanan 11 ton, baru bisa dipenuhi 9 ton,” jelasnya.

Menanggapi masukan yang ada, Mangku Pastika mengatakan akan memperjuangkan ke pusat. “Memang tugas DPD menyerap dan mengawal aspirasi masyarakat untuk diperjuangkan di pusat,” tegas mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Mangku Pastika mengakui kalau Bali bingung cari TPA. Sebab warga pasti menolak di wilayahnya ada TPA. Ini harus dicarikan solusinya. “Singapura sangat bersih, ini karena aturan, disiplin dan kesadaran yang tinggi,” jelasnya. Malaysia juga berhasil menangani sampah dengan diberlakukannya “tipping fee”. “Kenapa ini tak bisa dikelola daerah sendiri,” ujarnya.

Di sisi lain Mangku Pastika juga menyampaikan
akan ada perbaikan UU Persampahan ini, antara lain ada ketentuan bayar bagi penghasil sampah. Dana ini nantinya akan digunakan untuk mengolah sampah.

Terkait limbah medis, Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja Madya Dinas Kesehatan Provinsi Bali Gede Suarta, S.Sos, MPH mengatakan
pengelolaan limbah medis sudah dilakukan antara lain dengan pengurangan, pemilahan, penguburan dan penimbunan. Juga penanganan dengan insinerator.

Namun diakui ada kendala seperti pengelolaan belum sesuai standar, minimnya pengawasan, kurangnya sosialisasi serta SDM yang kurang kompeten.

Di akhir dialog, Mangku Pastika diwakili Ketut Ngastawa menyerahkan bantuan sembako untuk petugas kebersihan di TPST Seminyak. (bas)