Reses Dr. Mangku Pastika, M.M., 153 Desa di Bali Rawan Bencana

(Baliekbis.com), Sebanyak 153 desa di Bali berstatus rawan bencana (alam). Namun baru sembilan yang terpasang alat deteksi peringatan dini.

“Idealnya tiap desa yang rawan bencana itu dipasang alat deteksi,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Prov. Bali I Gusti Alit Tresna Budi saat reses Anggota DPD DPD RI Dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika, M.M., Rabu (9/3).

Reses mengangkat tema: “Masukan Atas UU No. 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatotologi dan Geofisika” dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja. Reses untuk mengetahui sejauh mana efektivitas UU 31 tersebut juga menghadirkan narasumber Kordinator Data dan Informasi BMKG Nyoman Gede Wiryajaya.

Menurut Tresna Budi, Bali ada 14 ancaman (multi hazard) yang dominan disebabkan perubahan iklim seperti petir, banjir dan hujan deras. Mengingat bencana di Bali ini multi hazard yakni potensi bahaya yang berpeluang menimbulkan bahaya lainnya pada satu tempat atau wilayah yang sama, untuk itu pencegahan bencana ini sangat penting, sebab menyangkut penyelamatan jiwa dan harta benda.

Sementara ketersediaan alat deteksi dini masih sedikit yakni 9. Dicontohkan Tabanan hanya ada 1. Meski demikian tambah Tresna Budi yang didampingi rekannya IB Widnyana, Bali punya kulkul yang bisa digunakan untuk evakuasi mandiri. BPBD juga membentuk perangkat untuk mengantisipasi bencana seperti Desa Tangguh Bencana yang saat ini jumlahnya ada 80, memasang rambu-rambu aman bencana dan sejumlah kegiatan lainnya untuk mengantisipasi ketika terjadi bencana.

Sementara narasumber Wiryajaya dari BMKG Bali mengatakan sesuai Pasal 44, pemerintah wajib menggunakan informasi dari BMKG. Untuk penyebarluasan informasi, selain dilakukan melalui berbagai media, BMKG juga membentuk sekolah lapang untuk meningkatkan keterampilan masyarakat serta pasang alat deteksi tsunami.

Dikatakan terkait informasi yang disampaikan harus cepat, tepat dan akurat sehingga bisa dipercaya. “Informasi juga mudah dipahami. Jangan sampai informasi diterima tapi mereka tak ngerti,” ujarnya.

BMKG juga bekerja sama dengan PPL dan BPBD dalam melakukan pendampingan dengan petani (nelayan). Jadi nelayan melaut bukan mencari ikan tapi menangkap ikan. “Karenanya kita bikin sekolah lapang, sehingga nelayan tahu dimana ikannya banyak. Juga mengetahui keadaan gelombang,” tambahnya. Wiryajaya juga mengingatkan
beberapa gunung di Bali masih aktif sehingga rawan.

Menanggapi berbagai masukan tersebut, Mangku Pastika mengingatkan pentingnya meningkatkan keterampilan melalui pelatihan-pelatihan dan pengetahuan. Sebab akhir-akhir ini Bali kerap menghadapi bencana yang berdampak luas.

“Jadi kita gak boleh lengah. Gak boleh main-main dengan hal ini, seperti adanya informasi palsu. Itu sebabnya saat menjadi Gubernur, saya bangun Pusdalops (pusat data),” ujar mantan Gubernur Bali dua periode ini yang sempat mengikuti kursus terkait natural disaster di Inggris dan Australia saat berdinas di kepolisian. Mangku Pastika minta pejabat terkait harus tetap waspada dan gerak cepat mengingat tantangan ke depan yang dihadapi Bali begitu besar dan kompleks. (bas)