Reses Dr. Mangku Pastika: Hilangkan Kesan Petani Tua dan Miskin

(Baliekbis.com),Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M. mengatakan menjadi petani itu tak harus kesannya tua, kolot dan kotor.

“Petani sekarang ini banyak yang muda-muda, bahkan keren dan kaya,” ujar Dr. Mangku Pastika saat kegiatan reses menyerap aspirasi, Selasa (20/10).
Reses yang mengangkat tema “Suara Petani Muda Keren” ini dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja menghadirkan narasumber petani muda maju Nengah Sumerta dan Komang Edi Juliana yang sukses mengembangkan sejumlah produk pertanian.

Tema “Suara Petani Muda Keren” ini diangkat karena beberapa waktu lalu jarang ada anak muda yang mau bertani karena kesannya kotor dan miskin. “Padahal belakangan ini khususnya saat pandemi Covid-19 banyak anak muda yang terjun ke pertanian bahkan juga ada sejumlah pengusaha,” ujar Mangku Pastika.

Mantan Gubernur Bali dua periode ini berharap dengan terjunnya anak-anak muda ke sektor pertanian akan mampu meningkatkan kesejahteraan sebab sejatinya salah satu andalan utama ekonomi Bali adalah pertanian.

Nengah Sumerta

“Di saat Covid dimana sektor pariwisata tak bergerak, maka satu-satunya yang bisa jadi harapan dan andalan adalah bertani. Hapus kesan petani itu kumuh, miskin. Petani sekarang ini keren, muda-muda dan bisa kaya,” tandas Mangku Pastika yang sejak menjabat Gubernur Bali dikenal konsen dengan dunia pertanian. 

Hal ini dibuktikan dengan didirikannya Program Simantri dan SMA dan SMK Bali Mandara yang banyak melahirkan siswa terampil di berbagai bidang termasuk pertanian yang telah dirasakan manfaatnya. Mangku Pastika juga ikut mensupport berdirinya sekolah pertanian di Badung.

Di awal paparannya, Mangku Pastika mengatakan SDM Bali sebenarnya banyak. Tamatan perguruan tinggi sangat besar. Namun dengan terjadinya pandemi ini mau kemana mereka. Jalan tercepat adalah bertani. 

Sekarang tambah mantan Kapolda Bali ini kegiatan bertani sangat luas, bukan hanya di darat, tapi juga di laut. “Laut memiliki potensi ekonomi yang besar, kita bisa tanam rumput laut yang hasilnya sangat bagus,” jelasnya. 

Karena itu ia mengajak anak muda agar tekun, kerja keras dan kerja cerdas dalam mengembangkan sektor pertanian ini. “Tentu juga dengan memanfaatkan teknologi yang membuat bertani jadi lebih efisien dan produktif,” jelasnya.

Edi Juliana

Sebagaimana diungkapkan Nengah Sumerta yang kini mengembangkan sejumlah komoditas di beberapa daerah di Bali dengan melibatkan banyak petani. Jebolan D III Sastra Inggris yang sebelumnya ikut merintis SMA Bali Mandara ini, banting setir bertani setelah melihat banyak petani hidupnya miskin.
Padahal dengan lahan yang dimiliki serta hasil panen, mestinya petani bisa lebih sejahtera dan runya rumah layak huni. “Ironis panen satu pohon mangga petani hanya dibeli pengepul Rp84 ribu. Padahal setiap pohon itu produksinya sampai 300 kg. Ini yang membuat petani sulit sejahtera,” ujar Sumerta mencontohkan.

Hal senada disampaikan rekannya Edi Juliana yang kini tekun bertani hortikultura. Jebolan sekolah pertanian di Badung ini kini sukses mengembangkan tanaman kentang dan wortel yang omzetnya cukup besar. (bas)