Reses Dr. Mangku Pastika di Simantri 027: Produsen Pupuk Kewalahan Order, Peluang Besar Pelihara Sapi

(Baliekbis.com), Pengelola Simantri 027 ‘Gapoktan Timan Agung’ Desa Kelating, Kerambitan Tabanan A.A. Nyoman Wijaya mengaku pesanan pupuk organik dari kotoran sapi sangat tinggi dan terus meningkat.

“Kami kewalahan untuk mendapatkan kotoran sapi sebagai bahan mencampur pupuk. Bahkan harus mencarinya keliling Bali,” jelas Agung Wijaya saat menerima kunjungan Reses Anggota Komite IV DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M., Rabu (8/3) di pusat Simantri 027, Desa Kelating Kerambitan.

Reses dengan tema “Keberadaan Simantri sebagai Penggerak Perekonomian para Petani” yang dipandu Tim Ahli Nyoman Wiratmaja didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Baskara juga dihadiri tokoh Simantri dari beberapa desa.

Agung Wijaya yang mengembangkan Simantri (Sistem Pertanian Terintegrasi) sejak 10 tahun lalu itu mengaku permintaan pupuk organik khususnya sangat besar. Bahkan ia kini mendapat pesanan senilai Rp20 miliar. “Tapi karena waktu dan keterbatasan bahan baku, tidak semua bisa dipenuhi,” jelasnya.

Di luar pesanan itu, setiap hari ia mampu memproduksi 10 ton pupuk yang semuanya habis dipasarkan ke seluruh Bali. Keberhasilan pengembangan pupuk organik tersebut selain dijadikan contoh beberapa kalangan juga banyak mahasiswa yang melakukan penelitian di sentra Simantri 027 ini.

Selain mengembangkan bisnis pupuk yang melibatkan sekitar 50 tenaga kerja, Agung Wijaya juga merambah usaha di bidang pengolahan daun kelor menjadi jamu untuk kesehatan. “Sudah teruji oleh akademisi dan terbukti sangat membantu kesehatan termasuk meningkatkan kesuburan bagi wanita. Saat covid juga banyak pesanan datang. Saat ini rata-rata produksi 4.000 botol ukuran 250 ml,” jelas Agung Wijaya.

Mangku Pastika yang langsung melihat proses produksi pupuk organik ini mengaku salut dengan ketekunan dan konsistensi Simantri 027 sehingga bisa sukses.

“Kalau melihat kebutuhan kotoran sapi begitu besar, ini artinya membuka peluang bagi peternak sapi. Sebab sapi memberi banyak hasil selain daging juga urinenya laku dijual,” jelas penggagas Program Simantri ini saat menjabat Gubernur Bali 2008-2018.

Mangku Pastika juga mengingatkan petani tidak menjual gabah agar bisa mendapat nilai tambah. “Hidupkan mesin penggilingan padi agar bisa menghasilkan beras sehingga ada nilai tambahnya. Saat ini kita jual gabah ke luar Bali lalu membelinya kembali dalam bentuk beras,” ujarnya.

Padahal kalau bisa digiling sendiri, selain beras juga bisa mendapat sekam dan dedak yang nilai ekonominya cukup tinggi. Sebagaimana disampaikan Agung Wijaya, selain kotoran sapi, ia juga membeli sekam dengan harga tinggi untuk pupuk. “Kita bahkan rebutan untuk bisa dapatkan kotoran sapi,” ujarnya sambil tertawa.

Mangku Pastika juga menjelaskan kalau Simantri itu sejatinya merupakan sistem pertanian berdasarkan Veda (Vedic Agriculture System) sebagaimana hasil penelitian para pakar. “Karena itu apapun caranya mari kita hidupkan pertanian. Saya ingin lihat Simantri di sini karena paling sukses. Saya ingin tahu apa yang bisa ditingkatkan lagi. Pupuk (Organik) Kelating sudah tersebar dimana-mana. Ini salah satu potensi besar. Apalagi sawah masih luas. Ke depan dengan pupuk ini bisa dikembangkan pertanian organik,” pungkas Mangku Pastika. (bas)