Reses Dr. Mangku Pastika: Dengan Penduduk Bali Yang Besar, Produk Pertanian Lokal Pasti Terserap

(Baliekbis.com), Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika, M.M. mengatakan prospek pertanian di Bali sangat bagus. Bahkan kalau sektor ini dikembangkan dengan baik akan mampu membuka lapangan kerja dan mengangkat pendapatan petani.

“Bali ini kan penduduknya besar, sampai 4,2 juta lebih yang membutuhkan makanan dalam jumlah banyak. Kalau ini bisa dipasok oleh petani lokal saya yakin akan terserap dan mampu meningkatkan kesejahteraan warga khususnya petani,” jelas Mangku Pastika saat reses menyerapan aspirasi, Minggu (18/10) melalui vidcon.

Reses dengan tema “Pemberdayaan UMKM dan Ekonomi Kreatif” itu menghadirkan sejumlah pelaku usaha pertanian dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.

Di awal sambutannya Mangku Pastika mengingatkan Covid-19 saat ini masih tinggi, sehingga orang mau ke Indonesia termasuk Bali masih pikir-pikir. “Jadi sambil nunggu Covid ini reda, kita garap pertanian yang sangat dibutuhkan. Apalagi dulu nenek moyang kita hidup dari bertani,” ujar Mangku Pastika.

Mantan Gubernur Bali dua periode ini yakin peluang di sektor pertanian sangat bagus. Namun diingatkan berusaha di sektor pertanian bukan sebatas produksi yang tinggi.

“Produksi harus diikuti distribusi dan transaksi serta promosi. Kalau produksi tak ada distribusinya, hasil panen bisa rusak. Jadi pertanian ini berkaitan erat dengan ekonomi dan UMKM,” tambah Mangku.

Penyerahan bantuan sembako

Ditambahkan memang ada sejumlah kendala dalam pengembangan pertanian, di antaranya lahan. Sebab akibat pariwisata berkembang, lahan pertanian terus berkurang bahkan bisa sampai 1.000 hektar per tahun. “Karena lahan makin sempit, maka jalan keluarnya adalah dengan pemanfaatan teknologi. Saya harap otak-otak cerdas yang pulang kampung bukan saja bergerak di distribusi juga ada yang menangani pemasaran dan juga modal,” ujar mantan Kapolda Bali ini.

Hal senada disampaikan Nyoman Heri selaku Koordinaror Kelompok Sari Alam Bajra Tabanan yang mengembangkan sejumlah komoditas pertanian. Menurutnya potensi besar Bali adalah pertanian dan pariwisata. Namun sayangnya pertanian seperti terlupakan. Bahkan fasilitas petani makin sempit. “Seperti sumber air banyak digunakan ke sektor non pertanian sehingga petani kesulitan air,” jelasnya.

Peserta vidcon foto bersama

Kurangnya kepedulian terhadap petani disampaikan peternak Made Sugenda Merta dari Payangan. “Saya terpaksa beli benih lele ke Jawa dengan harga mahal dan prosesnya lama,” ujar Sugenda yang mengembangkan lele sekitar 150 ribu ekor ini.

Hal serupa juga terjadi pada petani lele Agung Rai Astika asal Desa Adat Padang Luwih, Kabupaten Badung yang juga mengembangkan puluhan ribu lele dan terpaksa mendatangkan bibit dari Jawa. Padahal kebutuhan lele sangat tinggi. Kasus serupa juga dialami peternak belut yang juga mendatangkan bibit dari luar Bali. “Harga bibit belut cukup mahal Rp150 ribu per kilo,” ujarnya.

Mendengar keluhan tersebut, Mangku Pastika mengatakan perlu ada upaya bersama mengatasi hal tersebut. “Dulu saat saya menjabat (Gubernur) ada kartel ikan yang bermain. Ternyata pelakunya orang dalam. Sekarang masak urusan belut saja harus bergantung dari luar (Jawa) yang harganya mahal dan proses pengirimannya memakan waktu lama,” ujar Mangku Pastika. Di akhir vidcon, Mangku Pastika melalui Tim Ahli yang diwakili Ketut Ngastawa menyerahkan bantuan sembako dan masker  kepada warga yang memerlukan. (bas)