Reses Dr. Made Mangku Pastika, M.M., Petani Terpaksa Jual Padi di Sawah

(Baliekbis.com), Akibat minimnya alat penyosohan beras serta kesulitan mendapatkan solar, petani terpaksa menjual padinya kepada tengkulak di tengah sawah.

“Kalau bisa dibantu alat penyosohan agar petani bisa mengolah gabahnya jadi beras sehingga pendapatannya bisa meningkat. Juga banyak penyosohan tak bisa operasi karena sulit mendapatkan solar,” ujar Pengurus Perpadi Bali Wayan Wisnu saat dialog interaktif via Vidcon terkait Reses Anggota DPD RI Perwakilan Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. di Pupuan Tabanan, Kamis (18/2).

Pertemuan yang dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja mengangkat tema “Optimalisasi Pengelolaan Produksi Padi Bali”.

Selain masalah penyosohan, Wisnu yang juga pengurus Kelompok Bajatani (Bangga Jadi Petani) ini mengaku banyak tantangan yang dihadapi petani seperti masalah air, bibit dan pupuk. “Karena musim tanam mundur akibat tak ada air, akhirnya berdampak pada panen yang juga ikut lambat,” jelasnya.

Dalam dialog tersebut juga muncul kekhawatiran karena banyaknya lahan sawah jadi kebun akibat kesulitan air. Apalagi banyak lahan yang tadah hujan.

“Petani akhirnya merubah sawahnya jadi kebun kopi dan buah-buahan,” ujar Made Sukarta, petani dari Batungsel. Kalau ini tak dikendalikan, lambat laun sawah akan makin habis. Padahal beras sangat penting.

Di sisi lain, petani mengaku hasil kebun seperti durian dan salak di wilayah itu sangat banyak. Namun harganya anjlok saat panen melimpah.

Menanggapi persoalan yang dihadapi petani, Mangku Pastika mengatakan akan menindaklanjutinya ke Pusat termasuk dinas terkait. Mantan Gubernur Bali dua periode ini mengaku heran makin minimnya penyosohan beras di Bali. Akibatnya gabah petani banyak terjual ke luar Bali dan setelah jadi beras kembali masuk Bali.

“Jadi petani kehilangan nilai tambah dari hasil padinya,” ujar Mangku Pastika. Untuk itu, selaku Anggota Komite II DPD RI, pihaknya akan mencarikan solusi kepada Kementerian Pertanian.

Demikian pula dengan hasil kebun buah-buahan yang perlu ada proses pengolahan sehingga lebih memiliki nilai tambah. Sekarang ini ada teknologi pengeringan buah. Seperti halnya durian bisa diolah jadi dodol.

Mangku Pastika menambahkan pentingnya proses terhadap produk pertanian. Seperti beras di Jepang yang harganya lebih tinggi dibandingkan beras di Bali, padahal padinya sama. Ini karena penanganan pascapanen dilakukan dengan baik.

Selain produksi, Mangku Pastika menekankan pentingnya pemasaran. Sekarang ini dengan adanya digitalisasi (online) pemasaran dan promosi serta distribusi jadi lebih mudah, murah dan cepat.

“Sistem ini perlu dikenalkan ke petani sehingga membantu pemasarannya. Ada Pasar Bali.id. yang bisa dukung pemasaran. Juga untuk promosi penting dilakukan dengan bahasa Inggris agar lebih dikenal luas,” tambah mantan Kapolda Bali ini. Di akhir acara, Mangku Pastika yang diwakili Ketut Ngastawa menyerahkan bantuan sembako kepada petani. (bas)