Reses Dr. Made Mangku Pastika, M.M., Budidaya Ikan di Bali Terkendala Benih dan Pemasaran

(Baliekbis.com), Bali memiliki potensi besar dalam pengembangan budidaya ikan air tawar khususnya. Namun sejauh ini masih terkendala benih dan pemasaran. “Kami sulit dapat benih. Ini sudah sebulan pesan belum juga ada. Padahal dari segi pembudidayaan tak ada masalah,” ujar Ketua Kelompok Ikan Tukad Bindu Denpasar I.B. Putra Suryanta saat acara Reses Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M. yang berlangsung secara vidcon, Jumat (26/2).

Dialog interaktif yang dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja menghadirkan sejumlah narasumber di antaranya Direktur Produksi dan Usaha DJBP KKP Ir. Arik Hary Wibowo,Msi., Kepala Balai Pembenihan Budi Daya Air Tawar Mandiangin Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan Andy Artha Donny Oktopura, ST, MT., M.Eng., Khairul Anwar, SPI, MSi. selaku Pendamping Teknologi Bioflok KKP Wilayah Bali dan dari Dinas Perikanan Denpasar.

Menurut IB Putra, keberadaan bioflok yang dikembangkan di Bindu memberi manfaat yang besar. Selain menghasilkan ikan lele, juga sebagai tempat edukasi pelajar gemar makan ikan. Namun saat ini kendalanya cukup kompleks yakni pengadaan benih, air dan pemasaran.

IB Putra Suryanta

Wayan Sugata selaku pembudidaya ikan menambahkan daya dukung lingkungan perlu mendapat perhatian agar produksi bisa optimal. “Dalam budidaya bukan hanya produksi, tapi harus didukung pemasaran sebagai ujung tombaknya, seperti mengembangkan produk olahan,” ujarnya.

Masalah benih, menjadi isu menarik dalam reses yang mengangkat tema “Membangun Usaha Perikanan Budidaya sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat Bali dalam Era Pandemi”. Pasalnya benih menjadi salah satu “ancaman” karena harus didatangkan dari luar dan dengan harga yang lebih mahal. Padahal di Bali ada sejumlah balai benih ikan (BBI) yang cukup representatif seperti yang ada di Sangeh.

“Namun kini kondisinya memprihatinkan. Balai tersebut tak berproduksi lagi karena perubahan kebijakan antara provinsi dan kabupaten,” ujar Mangku Pastika.

Padahal sejumlah rumah makan mendatangkan ikan dari luar Bali dalam jumlah besar. “Saya makan di sebuah rumah makan di Renon, ternyata ikannya didatangkan dari Jawa dalam jumlah besar,” jelas mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Melihat kondisi tersebut, Mangku Pastika mengatakan akan membawa aspirasi ini ke pusat. Sebab di tengah pandemi ini, inovasi warga beralih dari pariwisata ke pertanian harus didukung sehingga perekonomian terus bergulir. “Budidaya ikan ini salah satu potensi besar dalam membangkitkan ekonomi masyarakat,” tegasnya.

Hal senada disampaikan Direktur Produksi dan Usaha DJBP KKP Ir. Arik Hary Wibowo,Msi. Menurutnya berdasarkan data FAO 2018, Indonesia merupakan produsen perikanan budidaya terbesar nomor 2 di dunia (7,7 juta ton) di bawah Cina dan memberi kontribusi cukup besar.

Tidak hanya ikan air tawar, ikan hias juga memberi pemasukan besar. “Ikan hias ini sangat menarik dan Bali salah satu pintu gerbang ekspor sehingga menjadi peluang besar,” jelasnya. Terkait kendala pembudidaya ikan di Bali, dikatakan sejatinya perhatian pusat sangat besar untuk Bali seperti budidaya sistem bioflok. (bas)