Reses Anggota DPD RI, Dr. Mangku Pastika Prihatin Bali Ternyata ‘Impor’ Tahi dari Jawa

(Baliekbis.com), Tantangan memajukan pertanian Bali ternyata sangat kompleks. Bukan hanya masalah bibit, produksi dan pemasaran juga pupuk kandang. “Ternyata petani kita kekurangan banyak pupuk organik (kandang) sehingga harus impor tahi sapi dan tahi ayam dari beberapa daerah di Jawa sebagai bahan pupuk,” ujar Anggota DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat reses dengan petani muda di Buleleng, Sabtu (17/4).

Reses yang berlangsung melalui vidcon mengangkat topik “Integrasi Pendidikan Formal Dengan Pengabdian Masyarakat Untuk Membangkitkan Semangat Bertani di Kalangan Generasi Muda” dipandu tim ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja. Sebagaimana disampaikan salah satu narasumber Nengah Sumerta yang mengaku kesulitan mendapatkan pupuk (kompos). Selain harganya tinggi juga dia harus datangkan dari Jawa.

“Saya beli tahi sapi dan tahi ayam dari Banyuwangi, harganya belasan juta per truk,” jelas petani mudah KereN ini. Sumerta juga menjelaskan banyak anak muda yang tak mengenal produk pertanian. Ini karena ketika di sekolah lebih banyak dijejali teori ketimbang praktek lapangan. Ke depan ia berharap ada keseimbangan antara pendidikan formal dan faktual. Mendengar keluhan tersebut, Mangku Pastika merasa prihatin. Pasalnya ketika menjabat Gubernur Bali 2008-2018, dengan program Simantri bisa menghasilkan pupuk dan kebutuhan petani bisa terpenuhi.

“Kalau sekarang petani sampai impor tahi, tentu ini harus menjadi perhatian serius,” tegasnya. Namun di sisi lain, Mangku Pastika melihat kebutuhan pupuk yang besar tersebut juga mencerminkan makin tingginya minat warga milenial untuk bertani. “Bertani itu bukan pekerjaan sembarang tapi memuliakan alam, tuhan. Inilah dharma yakni kebenaran dan kewajiban. Jadi harus bekerja, sebab bekerja itu dharma,” jelasnya.

Mangku Pastika juga menjelaskan kalau kita tak bisa hidup mandiri ini sama dengan benalu, hidup bergantung dari orang lain. Diingatkan tidak selamanya petani itu miskin asal pake otak dan teknologi serta kerja cerdas. Jadi ngerti mau tanam apa, karena pasar membutuhkan dan harganya mahal. Dan ini bisa dilakukan anak muda yang gandrung dengan perubahan. Mantan Kapolda Bali menambahkan tak ada tempat yang lebih baik dari Bali. Karena itu penting menanamkan sikap dan perbuatan cinta Bali.

“Saya sudah kunjungi lebih dari 20 negara dan Bali yang terbaik,” ujar Mangku Pastika. Mangku Pastika juga mengingatkan pentingnya membangun jaringan (network). Network itu memang harus dibangun. Sekarang network lebih mudah karena ada teknologi promosi. Itulah yang dilakukan Gojek, Amazon, dll. Ini memang harus digaungkan terus. Di akhir reses, Mangku Pastika melalui tim ahli Ketut Ngastawa menyerahkan bantuan paket sembako kepada peserta. (bas)