Refleksi 20 tahun Reformasi 98, PENA 98 dan Kampus di Bali Gelar Pameran Foto dan Diskusi

(Baliekbis.com), Persatuan Nasional Aktivis 98, adalah perkumpulan berbadan hukum yang didirikan oleh para aktivis eksponen 98 secara nasional di Jakarta pada 2007. Tujuan utama pendirian PENA 98 adalah untuk mengawal dan memperjuangkan terwujudnya cita-cita Reformasi 1998.

Salah satu upayanya adalah dengan menggelar peringatan tahunan Gerakan Reformasi 1998 di hampir seluruh provinsi di Indonesia, yang tahun ini mengambil tema “Untuk Alasan Apapun, Kami Tak Mau Kembali ke Orde Baru”.

“Peringatan 20 tahun Reformasi 98 ini sangat penting bagi bangsa Indonesia untuk mengenang kembali betapa berharganya perjuangan mahasiswa, intelektual, aktivis, dan organisasi masyarakat sipil lainnya membebaskan diri dari belenggu penindasan rezim otoriter Orde Baru,” jelas,” Adian Napitupulu,SH, Sekretaris Jenderal PENA’98 dan pelaku sejarah gerakan reformasi 1998, Senin (14/5) di Denpasar.

“Orde Baru selama lebih dari 30 tahun telah terbukti mengekang demokrasi, melibatkan militer-kepolisian-birokrasi dalam politik praktis, dan akhirnya lambat laun membawa Indonesia ke dalam jurang kesenjangan ekonomi yang tajam, pada saat itu,” tambah Oktav N. S., salah seorang pelaku Gerakan Reformasi 1998 di Bali.

Di Bali, bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), kegiatan ini dilaksanakan secara marathon pada tanggal 14-26 Mei 2018 di kampus Universitas Mahasaraswati (14-17/5), Universitas Udayana (18-21/5), dan Institut Seni Indonesia/ISI Denpasar (22-24/5), serta beberapa kampus sedang dalam penjajakan pelaksanaan pameran ini.

Peringatan di Kampus Unmas kali ini akan digelar dengan Pameran Foto-foto Reformasi 98 dan dua kali diskusi mengundang mahasiswa, aktivis pergerakan dan masyarakat umum.

Ni Nyoman Nuriyanti Bela, Ketua BEM Universitas Mahasaraswati Denpasar, mengatakan dengan melihat kembali foto-foto peristiwa 98, generasi saat ini dapat belajar dari sejarah, bahwa mahasiswa memiliki peran sangat vital dalam perubahan.

Dalam pembukaan Pameran Foto di selasar aula Universitas Mahasaraswati, Dr. Drs. I Made Sukamerta, M.Pd., Rektor Universitas Mahasaraswati, Denpasar menegaskan berkat gerakan reformasi 1998 kita dapat merasakan kebebasan seperti saat ini. Namun bagaimanapun kebebasan memiliki batas dan kita harus mampu mengendalikan diri agar tidak kebablasan, blong tanpa rem.

“Dengan mengingat kembali cita-cita reformasi maka kita akan terhindar dari keinginan untuk kembali dipimpin rezim otoriter, keadilan dan kesejahteran. Sedangkan keadilan dan kesejahteraan (sebagai cita cita reformasi) hanya akan terwujud apabila kita terus menjaga keempat pilar kebangsaan: Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka tunggal Ika, yang dengan susah payah dilahirkan oleh para founding fathers kita,” tambahnya.

“Saya mengingatkan khususnya kepada mahasiswa bahwa saat ini tantangan terberat reformasi adalah kemunculan paham radikalisme dan terorisme di Indonesia. Warga kampus harus benar-benar serius mencegah penyebaran paham ini agar tidak berkembang dan mengancam keselamatan serta kerukunan yang sudah terjalin selama ini,” tandasnya dengan mimik serius.

Selama pameran di Universitas Mahasaraswati, akan digelar pula Diskusi Mahasiswa pada 14 dan Diakusi Publik 17 Mei 2018, menghadirkan Oktaviansyah N.S, SH (pengusaha, mantan aktivis mahasiswa, Presidium Nasional PENA 98 Bali), Nyoman Sukataya, SH (anggota KPU Kab. Badung, mantan aktivis mahasiswa 98 Unud), Kadek Agus Ekanata, SE (pengusaha, Ketua Kosemawar Univ. Warmadewa 1999-2000), Rektor Universitas Mahasaraswati, dan Ketua L2 Dikti Bali-Nusra (Akademisi Pelaku Sejarah Reformasi 98). Kegiatan diskusi serupa akan dilanjutkan di kampus Universitas Udayana dan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. (ist)