Redam Bencana Alam, Upacara Pamarisudha Jagat Kali Sanghara Digelar

(Baliekbis.com), Libatkan Sulinggih se-nusantara melalui Paruman Agung (rapat besar), Dharma Ghosana Pusat menggelar upacara Pamarisuda Jagat Kali Sangara (Homa Yadnya) di Taman Prakerti Bhuana, Kelurahan Beng (22/12).  Upacara Homa Yadnya digelar untuk meredam bencana alam yang belakangan ini sering terjadi seperti  tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi dan bencana lain yang menerjang Indonesia, khususnya Bali.  Prosesi upacara Homa Yadnya ini sedikitnya dipuput oleh 40 Peranda/Sulinggih yang terdiri dari Peranda Siwa, Budha, Satria Putus (Bhagawan), Bujangga Aji, Peranda Nabe, dan Peranda lingsir yang berusia lebih dari seratus tahun, serta 7 Peranda Meyoga.

Yajamana Karya, Ida Peranda Gede Rai Gunung Ketewel dari Griya Bakbakan Gianyar mengatakan, ritual ini digelar mengingat akhir-akhir ini, ciri-ciri zaman kali sanghara sudah menampakkan diri. Dilanjutkannya, Homa Yadnya ini berbeda dengan Agni hotra yang selama ini dikenal oleh masyarakat. “Homa Yadnya ini sama dengan Agni Surya Kanta, Agni Homa, Homa Tirta, dan Agni Sala. Upacara ini digelar setiap kali ada kondisi dunia mulai ditimpa bencana, semisal gempa dan gunung meletus,” jelasnya.

Tahapan upacara ini pun sudah melalui beberapa kali paruman agung melibatkan Peranda se Nusantara. Mengenai pemilihan tempat di Taman Prakerti Bhuana Beng, memang menghindari pelaksanaan upacara di tempat umum. Terlebih, petunjuk pelaksanaan upacara ini diterima langsung oleh pengelola yayasan, Ida Bagus Putu Adhi Suparta secara sadar dalam meditasinya. Meski demikian, pelaksanaan upacara ini tetap berpedoman pada sastra tertulis. “Di Bali pernah dilaksanakan upacara ini pada abad ke 14, sekitar tahun 1343 saka atau sekitar 675 tahun silam di Pura Besakih semasa pemerintahan Dalem Waturenggong,” jelas Sulinggih dari Gria Bakbakan Gianyar tersebut.

Upacara pamarisudha jagat kali Sanghara (homa yadnya) digelar berdasarkan lontar Catur Yuga, Pustaka Niti Sastra, Pustaka Roga Sanghara Bumi, dan Lontar Homa Traya Wisesa. Tujuan digelarnya upacara, tiada lain untuk mendoakan alam semesta dengan segala isinya kembali pada posisinya. 

“Dumogi rahayu, rahajeng,” jelasnya. Selama pelaksnaan upacara, umat seluruh Bali diberikan kesempatan untuk menghaturkan bhakti sesuai keyakinan. “Kami tidak ada paksaan, tapi mengimbau umat agar ikut serta mendoakan alam semesta ini. Di mrajan masing-masing, kami imbau agar ngaturang pejati,” jelasnya.

Terkait petunjuk niskala, Pengelola Yayasan Taman Prakerti Bhuana Beng Gianyar Ida Bagus Putu Adi Supartha mengaku dalam kurun waktu setahun terakhir, mengalami tekanan bhatin. Sebab, dalam setiap meditasinya ia kerap diperlihatkan kejadian-kejadian bencana alam di Indonesia. Termasuk bencana erupsi Gunung Agung dan Gempa Bumi di Palu, terbayang-bayang dalam memorinya. Dalam pawisiknya, IB Adi pun diberikan solusi agar menggelar upacara besa Pamarisudha Jagat Kali Sanghara. “Tyang diminta agar menggelar upacara besar ini secepat-cepatnya,” jelasnya.

Namun, ia sempat ragu dengan pesan gaib itu. Maka konsultasilah ia dengan sejumlah penglingsir. Gayung bersambut, ternyata upacara besar yang dimaksud ada tercantum dalam lontar Catur Yuga, Pustaka Niti Sastra, Pustaka Roga Sanghara Bumi, dan Lontar Homa Traya Wisesa

 

Setelah mendapatkan petunjuk yang pasti melalui lontar, pihaknya pun menggelar rapat dengan pihak terkait. Dikatakan, upacara besar ini perlu dilakukan terkait bencana alam yang terjadi secara terus menerus di jaman kali sanghara ini. Seperti Gunung meletus, gempa bumi disertai Tsunami, angin ribut, banjir bandang, kekeringan berkepanjangan, merebaknya penyakit menular yang membahayakan, dan karakter masyarakat yang berubah menjadi durhaka terhadap catur guru yakni guru rupaka (orangtua), guru pengajian (guru di sekolah), guru wisesa (pemerintah) dan Guru Swadhyaya adalah Ida Sang Hyang Widhi. 

Yadnya Maha Agung tujuannya untuk keharmonisan alam semesta, dilanjutkannya pembahasan yadnya maha agung ini pun sudah dilakukan beberapa kali, hingga diputuskan bahwa  Ratu Peranda Siwa Budha Se Nusantara yang mengambil alih pelaksanaan yadnya. “Karena tyang yang dapat pawisik, biaya dan pembuatan bantennya disini. Dengan pendampingan dari Ratu Peranda Siwa Budha se Nusantara,” imbuhnya.

Gubenur Bali I Wayan Koster yang hadir dalam upacara tersebut mengatakan ada benang merah antara visi misi Bali 5 tahun kedepan yaitu Nangun Sat Kerti Loka Bali yang artinya menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya dengan upacara Pamarisudha Jagat Kali Sanghara dimana tujuannya untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Bali yang sejahtera dan bahagia sekala niskala.

Dilanjutkannya upacara seperti ini sangat penting dilakukan untuk Bali, karena telah menjadi karakter Bali yang sesungguhnya yang harus dijaga, dipelihara dan dibangun terus-menerus. Ketika menyusun Sat Kerthi Loka Bali Wayan Koster menegaskan mendapat feeling alam. “Ketika saya menyusun Sat Kerthi Loka Bali  saya mendapat feeling alam, Bali ini sudah cukup tua dalam perjalanan dinamikanya yang sudah mengalami perubahan, karena usia yang sudah tua, prilaku manusia dan perubahan sosial lainnya ataupun yang berasal dari budaya,” jelas politisi asal Buleleng tersebut.

Lebih lanjut Gubernur Koster mengatakan Upacara Pamarisuda Jagat sangat penting,  yang akan diprogramkan di program pemerintah provinsi. Dengan membangun kembali tatanan nilai kehidupan berdasarkan tatanan nilai-nilai Sat Kerthi baik sekala maupun niskala. Koster juga menyayangkan kemerosotan moral, kerusakan lingkungan, volusi, demoralisasi, serta budaya yang semakin luntur dan ikatan sosial melemah. Maka perlu ditata kembali alam, manusia, dan budaya Bali sesuai Sat Kerthi Loka Bali. Untuk menata agar kembali ke tatanan yang diwariskan oleh para leluhur jaman dahulu.

Gubernur Koster berharap, untuk ke depannya upacara seperti ini agar bisa dilaksanakan oleh pemerintah daerah. “Karena pemerintah yang punya mandat untuk bertanggung jawab menjalankan upaya untuk menjaga alam budaya manusia supaya berkelanjutan” jelas Koster. Ditambahkannya mulai 2019 pemerintah akan menjalankan program ini bersama masyarakat. “Ada yang menjadi tanggung jawab pemerintah dijalankan oleh pemerintah bersama masyarakat adapula yang menjadi inisiatif masyarakat” tegas mantan DPR RI tersebut.

Sebelum acara inti dimulai, Bupati Gianyar I Made Mahayastra hadir di lokasi acara pada pagi harinya. Bupati Mahayastra beserta rombongan melakukan persembahyangan dan menghaturkan punia. Bupati Mahayastra mengapresiasi inisiatif masyarakat untuk melaksanakan upacara ini. “Untuk kebaikan alam semesta, kita berdoa dan berupaya bersama, semoga ini membawa dampak postif bagi alam dan kita semua,” pungkasnya. (hms)