Rai Suryawijaya: Bali Masih Layak Dikunjungi

(Baliekbis.com),Bali masih layak dikunjungi wisatawan karena ketersediaan fasilitas yang masih terbuka lebar serta SDM dan SDA yang sangat mendukung.

“Alam Bali sangat indah didukung seni dan budayanya yang tiada duanya serta sambutan masyarakatnya yang ramah bagi wisatawan yang datang,” ujar Ketua BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah) Kabupaten Badung IGN Rai Suryawijaya, Selasa (19/11/2019) terkait adanya pemberitaan media asing yang meluncurkan daftar destinasi untuk dikunjungi dan lebih baik dipertimbangkan untuk tidak dikunjungi pada 2020.

Dalam daftar destinasi yang lebih baik dipertimbangkan untuk tidak dikunjungi pada 2020 atau No List, mencantumkan Bali sebagai salah satu destinasi dalam daftar tersebut.

“Bali, pulau yang paling banyak dikunjungi di Indonesia telah menderita efek pariwisata massal dalam beberapa tahun terakhir, sampai pemerintah menarik pajak turis untuk membantu memerangi efek (pariwisata massal) terhadap lingkungan,” dikutip dari situs Fodors.com. Bahkan disebutkan Bali pada 2017 dideklarasikan sebagai kawasan darurat sampah lantaran terlalu banyak sampah plastik di pantai dan perairan.

Dikatakan Rai Suryawijaya, dari segi ketersediaan kamar, Bali saat ini masih sangat memungkinkan sebab dengan kunjungan wisatawan 6 juta setahunnya, masih ada tersisa ruang sekitar 35 persen. Namun diingatkan moratorium harus bisa dilakukan setidaknya untuk tiga tahun mendatang.

Dari sisi infrastruktur, saat ini pemerintah sudah melakukan sejumlah terobosan seperti pembangunan shortcut untuk mengurai kemacetan, termasuk tengah dikaji rencana ringroad. “Untuk SDM, Bali didukung keramahan penduduknya serta kualitas tenaga khususnya di sektor pariwisata yang terus meningkat,” jelasnya.

Terkait sampah, Rai Suryawijaya bahkan melihat langkah yang dilakukan pemerintah dan masyarakat mengurangi timbulan sampah plastik sekali pakai sudah menunjukkan hasil nyata. Bahkan dengan penanganan sampah yang nantinya bisa dituntaskan di tingkat desa atau di hulu, maka masalah sampah secara bertahap bisa diatasi. Suryawijaya juga menekankan program ke depan yang mengarah pada kunjungan wisatawan ke Bali dengan menyasar turis middle up merupakan upaya positif yang dilakukan dalam menjaga pariwisata yang berkelanjutan.

Puspa Negara

Sementara itu pengamat pariwisata Puspa Negara,MSi. mengaku prihatin dengan pemberitaan tersebut. “Fodors tampar Bali. Ini bisa jadi ancaman decreasing kunjungan wisman ke Bali,” tegas mantan Anggota DPRD Badung ini. Beredarnya secara masif Bali termasuk destinasi yang tidak direkomendasi untuk dikunjungi dengan alasan sampah, ketersediaan air, pajak terhadap wisman, perkelahian wisman & prilaku tak senonoh wisman di tempat suci, sebenarnya menunjukkan adanya suatu perhatian terhadap Bali untuk berbenah di segala aspek terkait penguatan destinasi menuju quality tourism, di tengah persaingan yang begitu ketat antar destinasi di seluruh dunia.

“Pemberitaan itu bisa jadi ada upaya untuk melemahkan destinasi kita sebagai bentuk black campaign. Karena jelas Bali tahun 2018 dinobatkan sebagai World Best Destination versi Trip Advisor yang mengalahkan Paris, Roma, New York,” jelas Puspa.

Meski tahun 2019 peringkat Bali turun ke urutan 5 setelah ke empat destinasi itu secara berurutan. Jadi di tengah posisi Bali yang terdegradasi lantas dipublish untuk tidak direkomendasi, hal ini tentu sangat buruk dan menampar wajah pariwisata. Ini salah siapa?

Meski menjadi tanggung jawab semua pihak tapi leading sector dalam hal ini pemerintah melalui unit-unit terkait harus segera mengambil langkah kongkrit dengan melakukan perkuatan humas (public relation) untuk mengkonter berita tersebut sekaligus melakukan perbaikan secara masif di sektor fasilitas (infrastruktur) sarana & prasarana, keamanan, pelayanan, promosi dan masalah sanitasi & higienitas (kebersihan). “Tunjukkan Bali sebagai destinasi yang layak untuk dikunjungi dan bukannya destination of yesterday,” pungkas Puspa Negara. (bas)