Rai Mantra: Rancang Pola Lima Tahunan Kembangkan Pariwisata Berkualitas

(Baliekbis.com), Pariwisata Bali haruslah dilihat secara holistik, tidak bisa sepenggal-sepenggal. Jika berbicara quality tourism (Pariwisata Berkualitas) maka harus melalui sebuah riset dan melihat potensi yang dimiliki Bali. “Jadi apa sebenarnya quality tourism itu, pasti temen-temen di jajaran pariwisata pada paham itu. Apakah kita sudah menjalankan itu selama ini? Apakah kita antara mass tourism atau quality tourism,” ujar Rai Mantra saat berbicara dalam diskusi yang digelar GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) Bali, Minggu (3/6) di Kantor BTB Renon. Dalam diskusi yang dipandu pakar marketing sekaligus pendiri Mark Plus Hermawan Kartajaya itu, selain hadir calon Wakil Gubernur Ketut Sudikerta juga Ketua GIPI IB Agung, puluhan pelaku pariwisata, tim pemenangan Mantra-Kerta, Ketua KRB yang juga anggota DPR RI AAB Adhi Mahendra Putra dan Gede Sumarjaya LInggih yang kerap disapa Demer.

Dijelaskan Rai Mantra, posisi kepariwisataan saat ini perlu diketahui agar tidak menimbulkan tanda tanya, namun diakui Rai Mantra pariwisata memerlukan keduanya, sebab ada sisi positif dan negatifnya. Baik itu dari sisi sosial budaya dan lingkungan. Ini yang mesti diselesaikan terlebih dahulu sebelum bicara konsep secara teknis. “Kita bisa pakai sistem lima tahunan dalam membangun pariwisata Bali, dan itu harus tercantum dalam Rencana Induk Pariwisata dan Rencana Induk Kebudayaan,” jelasnya. Quality tourism dikatakan Rai Mantra adalah pariwisata yang memiliki mutu dan makna. Untuk membuktikan itu mesti dilakukan melalui riset. Kalaupun sudah ada basis-basis pariwisata yang sifatnya mass, maka langkah yang perlu dilakukan ialah melalui pemetaan atau zonasi. Sebab ini juga menyangkut tata ruang.
Berbicara soal makna menurutnya sudah tidak perlu diragukan lagi. Tri Hita Karana itu makna, namun quality itu bukan hal yang mudah dan gampang dilaksanakan. “Jadi dengan RIK ini sudah memapping secara pasti dalam peraturan dan wilayah masing-masing. Jadi apa yang mesti dikembangkan di kabupaten/kota sudah sangat jelas,” tandasnya.

Rai Mantra mencontohkan, perda provinsi tidak mugkin kedudukannya lebih rendah dari kabupaten/kota, tapi kabupaten/kota mesti diberikan proporsi yang sama dalam pertumbuhan ekonomi. “Kami akan coba menerapkan suatu konsep yang disebut dengan quality tourism dalam Tri Hita Karana dan ini sudah sangat jelas tertuang dalam visi dan misi kami dimana disebutkan Santhi lan Jagaditha (damai dan sejahtera) berlandaskan Tri Hita Karana. Jadi kalau dalam pemerintahan kita anggap sebagai ukuran indeks kesejahteraan manusia,” ucapnya. Berbicara pembangunan kepariwisataan tambahanya mesti dibarengi kesejahteraan serta kebahagiaan dan ini mesti terukur. “Jadi konsep yang ada ke depannya tidak perlu bertentangan, tapi bagaimana terjadi adaptasi antara Tri Hita Karana dengan pola-
pola global atau kerap disebut Sustainable Development Goals,” jelas Rai Mantra dengan fasih. Di akhir diskusi dilakukan pendandatanganan MoU antara Paslon Mantra-Kerta dan BPD. (nwm)