Rai Mantra: Jaga Kualitas, Pariwisata Sanur Tidak Boleh Dieksploitasi

(Baliekbis.com), Pasangan Calon Gubenur dan Wakil Gubernur Bali nomor urut 1, I Wayan Koster dan Tjokorda Oka Artha Adhana Sukawati (Koster-Ace) mengkritisi kontribusi Sanur terhadap pangsa pasar pariwisata Bali dalam debat terbuka kedua Pilgub Bali 2018 di Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur Denpasar, Sabtu (26/5) malam. Namun kritikan yang disampaikan Cok Ace tersebut dalam malah terkesan meremehkan eksistensi pariwisata dan masyarakat Sanur yang juga menjadi ikon Bali dan terkenal ke mancanegara.

Menyikapi kritikan tersebut, Calon Gubernur Bali nomor urut 1 Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra tampak bersikap tenang. Jawaban bijaksana namun cerdas dan sesuai fakta pun dilontarkan Rai Mantra. Menurutnya pariwisata Sanur memang dikembangkan untuk menjaga quality tourism (pariwisata berkualitas dan berkelas) bukan mass tourism atau pariwisata massal yang murahan. Jadi wisatawan yang datang ke Sanur adalah wisatawan berkualitas.

Maka, tegas Rai Mantra, pariwisata Sanur tidak bisa dieksploitasi dengan gampang. “Di Sanur kami sangat menjaga sekali quality tourism sehingga tidak semata-mata bisa dieksploitasi demikian saja. Jadi di Sanur ada ketentuan lebar kamar atau luas kamar sehingga antara resort dan city hotel tidak berbaur,” terang Rai Mantra.

Upaya pengembangan Sanur dengan quality tourism juga sebagai upaya menghindari adanya perang tarif diantara pemilik akomodasi pariwisata. Misalnya perang tariff hotel yang lazim terjadi di destinasi wisata lainnya seperti di Kuta. Jadi regulasi pengembangan pariwisata Sanur dibuat sedemikian rupa. Akibatnya tidak celah untuk ekplorasi dan eksploitasi lebih jauh yang berujung pada perang tarif.

“Kita tahu ada perang tarif atau tarif yang murah. Maka Sanur kita harapkan sebagai quality tourism. Bangunan-bangunan di sana juga tidak bercampur dengan city hotel atau hotel yang lain yang menyebabkan persaingan harga tidak sehat,” imbuh Rai Mantra.

Pengembangan untuk mass tourism bisa dilakukan di luar Sanur misalnya di Padanggalak. Pengembangan city hotel juga dimungkinkan di luar Sanur sehingga ada klasifikasi zona. Jadi bukan soal pengembangan pariwisata membabi buta yang menyebabkan Sanur bunuh diri ke depan. Apalagi perang tarif menimbulkan ketidaknyamanan pelaku usaha maupun wisatawan.

“Jadi tidak harus kita gabung di Sanur dengan eksploitasi berlebihan misalnya ada city hotel atau hal lain. ini akan merugikan pengusaha di Sanur. Kita juga tidak bisa menjaga kualitas pariwisata,” tandas Rai Mantra.(nwm)