Putra Labuan Bajo Raih Lulusan Terbaik Fakultas Pertanian Unwar

(Baliekbis.com), Bonefasius Dureng yang merupakan putra asal Labuan Bajo dinobatkan sebagai lulusan terbaik dalam Yudisium ke-66 Periode III Fakutas Pertanian, Universitas Warmadewa pada Selasa (14/9) di Auditorium Widya Sabha Uttama. Bonefasius Dureng yang akrab dipanggil Boni dinyatakan sebagai lulusan terbaik setelah mampu menyelesaikan kuliah dalam waktu 3 tahun, 10 bulan dengan IPK 3,95.

Pria kelahiran Nekang, 5 Juni 1997 ini mengakui predikat lulusan terbaik diraih karena dukungan yang optimal dari para dosen selama masa kuliah. Belum lagi diberikan kesempatan untuk berkembang hingga terlibat dalam kegiatan internasional.

“Karena saya orangnya suka mencoba sesuatu hal yang baru dan ingin mencetak sesuatu hal yang baru. Saya ini orang yang kalau semakin diremehkan semakin semakin ingin mencoba. Yang penting dalam hal yang positif” kata pria berzodiak Gemini ini.

Boni mengaku bersyukur karena diberikan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan internasional, seperti pada tahun 2017 diberikan kesempatan dalam pertukaran pelajar ke Filipina. Lanjut kemudian pada tahin 2018 terlibat dalam kegiatan program ilmiah internasional di Bangkok, Thailand.

Setelah Wisuda, Putra Siprianus Dureng ini berencana untuk segera balik ke kampung halaman untuk dapat berkontribusi bagi pembangunan pertanian di Labuan Baju. Ia menargetkan ilmu yang telah didapatkan akan diajarkan ke petani agar petani mampu menyiapkan bibit unggul dan mampu meningkatkan produksi hasil pertanian.

Sedangkan Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa Ir. Dewa Nyoman Sadguna, M.Agb berharap sarjana lulusan Fakultas Pertanian tidak lagi menunggu lowongan pekerjaan tetapi harus mampu menciptakan lapangan kerja. “Artinya menciptakan lapangan kerja bukan menjadi pencari kerja. Lulusan Fakultas Pertanian tidak menunggu lama karena job bidang pertanian itu langsung bisa dikerjakan, silakan terjun ke lapangan, ke masyarakat bertani” tegas Sadguna.

Sadguna menyampaikan bahwa banyak petani yang sukses menjadi juragan, hal ini karena ketekunan sebagai seorang petani. Petani memiliki kemampuan memelihara yang hidup sehingga kemudian mampu berproduksi. Apalagi jika tidak ada petani yang berproduksi maka tidak aka nada makanan yang tersedia.

Sadguna berpesan kepada para yudisiawan dan yudisiawati untuk tidak berhenti belajar, kendati telah dinyatakan lulus sebagai sarjana pertanian. Mengingat sumber belajar tidak hanya dari dosen ataupun di kampus saja, tetapi dari segala persoalan hidup dan ujian hidup, juga menjadi sumber belajar untuk meraih kesuksesan

Sadguna menyebutkan era disrupsi telah menyebabkan terjadinya perubahan yang mendasar pada berbagai bidang kehidupan, salah satunya dalam bidang pendidikan. Digitalisasi di berbagai bidang memudahkan mahasiswa menggali pengetahuan, belajar ilmu pengetahuan dengan mudah tanpa melibatkan dosen ataupun orangtua. Hal ini sangat membantu pemahaman mahasiswa dalam bidang kognitif dan keterampilannya. Namun, dalam bidang afektif, peran dosen tidak dapat digantikan dengan kecanggihan teknologi apapun.

“Kepribadian seorang dosen yang baik sebagai teladan bagi mahasiswa sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter terbaik dari mahasiswa. Fungsi dosen di era disrupsi berbeda dari dosen pada era sebelumnya, yaitu bergeser kepada fungsi penanaman nilai-nilai etika, karakter, kebijaksanaan, pengalaman, dan empati sosial, karena fungsi tersebut tidak mungkin tergantikan oleh mesin” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa terdapat revolusi peran dosen yang semula sebagai sumber belajar atau pemberi pengetahuan. Dosen kini harus mampu menjadi mentor, fasilitator, motivator, dan inspirator dalam mengembangkan imajinasi, kreativitas, karakter, serta tim kerja pada generasi muda yang dibutuhkan di masa depan.(mul)