PSR “Anak Kandung Budaya”: Ujung Tombak Bali Itu Seni dan Pariwisata Budaya

(Baliekbis.com),Kebudayaan harus dijaga dengan komitmen yang tinggi. Karena kebudayaan adalah alat pertahanan dan pemersatu bangsa. “Kalau kebudayaan sirna maka bangsa ini terbelah,” ujar Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Putu Supadma Rudana di sela-sela menghadiri Pagelaran Budaya di Museum Rudana, Ubud, Kabupaten Gianyar, Jumat (20/2/2019) malam.

Anggota Fraksi Demokrat yang memasuki dua periode di DPR RI ini menyoroti komitmen pemerintah dan masih dikucilkanny kebudayaan. “Selama ini pemerintah fokus kepada infrastruktur dan fokus kepada pembangunan ibukota negara. Keberpihakan yang banyak berhubungan dengan pembangunan pilar dan esensi kebudayaan belum maksimal,” ujar politisi Partai Demokrat asal Gianyar yang juga Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) ini.

Supadma Rudana menyebutkan tokoh Bung Karno menyampaikan Ajaran Tri Sakti. “Berdaulat di bidang politik, Berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Nah tentu ini menjadi catatan bagi bangsa ke depan untuk mengawal, bukan hanya retorika. Saya akan selalu berada di tempat ini (museum dan kebudayaan), saya akan selalu berada di depan. Yang lainnya (jabatan politik dan lainnya) hanya sementara,” ujar Supadma Rudana.

“Kita ingin bahwa pengabdian kita kepada jati diri. Pariwisata Bali terfokus kepada kearifan lokal, itu sebagai bahan perjuangan kita. Tokoh Bali agar melihat ini, jangan terfokus menjadi rutinitas. Apa yang kita gaungkan itu alat pertahanan bangsa,” tegas putra Wasekjen DPP Demokrat ini.

Supadma Rudana menambahkan saat ini Bali dalam posisi memperjuangkan Rancangan Undang-Undang Provinsi Bali yang harusnya juga mengawal nilai- nilai budaya di dalamnya. “Nah apabila kita berbicara RUU Provinsi Bali kita harus pengawalan kebudayaan. Tidak hanya sisi politisnya. Esensi seni dan budaya harus digaungkan. Seni dan budaya itu ketulusan batin kita untuk kebudayaan,” tambahnya.

Supadma Rudana mengapresiasi pemilik Museum Rudana dengan meluncurkan pameran wayang sebagai diplomasi kebudayaan yang sejalan dengan tugasnya di parlemen. Diplomasi dalam titik global.

Ketika ditanya dirinya tidak lagi duduk di Komisi X membidangi pariwisata dan kebudayaan, Supadma Rudana menegaskan bahwa dirinya yang beralih duduk di Komisi VI membidangi Perindustrian tetap bisa mengawal pariwisata dan kebudayaan.

“Saya tidak lagi di Komisi X, tetapi saya masih punya jaringan di Komisi X dan kenal mereka lama, teman-teman disana masih banyak. Saya sendiri sudah diskusi dengan mereka dan mereka paham perjuangan kita. Kita sudah selesaikan UU Pemajuan Kebudayaan, UU Ekonomi Kreatif, Revisi mengenai UU Perpustakaan Nasional, saya sudah titipkan juga UU Sistem Pendidikan, UU Kepariwisataan, UU Cagar Budaya, agar memasukan museum di dalamnya. Kita kawal di Komisi X,” beber alumni Webster University Amerika Serikat ini.

Supadma Rudana menambahkan dirinya saat ini di Komisi VI mengawal perindustrian, pariwisata yang juga untuk keberlangsungan peradaban Bali. “Esensinya kecintaan kebudayaan, supaya diteruskan untuk generasi muda. Untuk kemuliaan warisan budaya ini, kita harus hadir berkomitmen penuh seperti museum Rudana dan museum lainnya. Saya sendiri melihat ke depan, posisi kita sebagai pejuang. Saya anak kandung kebudayaan, saya anak kandung pelestari seni budaya. Saya anak kandung pendirian museum yang ada, yang niatnya menjaga warisan luhur supaya tidak dicuri dan dibajak, yang berdampak pada kondisi bangsa kita kehilangan jati diri, tidak lagi menjadi bangsa yang besar. Ini saya sudah terus berjuang,” ujar Supadma Rudana.

Yang menarik Supadma dalam pidato di hadapan pemilik museum (AMI) mengungkap sempat menolak sebagai Ketua Umum AMI untuk kedua periode. Tetapi karena AMI perlu figur, perlu petarung, pejuang, yang mencintai seni dan budaya dirinya akhirnya “menyerah” dan bersedia mengawal AMI ke depan.

“Saya apresiasi, dan bersedia akhirnya menjadi Ketua Umum AMI, dengan niat memberikan dukungan dan support yang mengadakan Rapimnas di Kuta Bali. Mereka menginginkan sosok Ketua Umum yang memiliki komitmen dan sejarah meluhurkan warisan bangsa. Bagaimana bangsa ini menggunakan seni dan budaya dalam diplomasi. Multitrack dalam diplomasi. Wayang menjadi media menembus cakrawala dunia. Bangsa kita akan dihormati bangsa lain di dunia. Mari kita luhurkan bangsa ini,” ujar mantan Ketua Departemen Seni dan Budaya DPP Demokrat ini.

Kata dia jabatan DPR RI itu sementara. Tetapi kebudayaan itu akan abadi. “Bali harus mampu memahami ini. Ujung tombak Bali itu seni dan pariwisata budaya. Bali kembali ke track-nya melahirkan figur anak kandung budaya. Kita tanpa seni, kearifan lokal, Subak, Nyepi, Tri Hita Karana, tidak akan bisa kuat ke depannya. Maka kemulian ini harus digaungkan dan dijaga,” pungkas Supadma Rudana.(psr)