Prof. Windia: Petani Harus Berekonomi dan Berteknologi

(Baliekbis.com), Petani ke depan selain berekonomi juga harus berteknologi agar dapat meningkatkan pendapatannya. Seperti petani yang menghasilkan beras merah, jangan didorong menjual berasnya tapi bagaimana dengan teknologi bisa dibuat teh dari beras merah sehingga ada nilai tambahnya. “Jadi petani harus didorong berteknologi agar ada value added. Dari hanya bergerak sosiokultural, ke ekonomi lalu berteknologi,” ujar Pakar Subak Unud Prof. IW Windia, disela-sela 3rd Bali Internship Field School for Subak (BIFSS) 2017 di Museum Subak Masceti Gianyar, Jumat (22/9).

Prof. IW Windia.

Field School yang mengangkat tema “Subak Sustainable” Challenges and Strategis from Information to Emotion berlangsung selama lima hari dari tanggal 18-23 September 2019 diikuti peserta dari Jepang, Korea, Libanon serta Indonesia. Meningkatnya pendapatan petani tambah Prof. Windia merupakan cara agar bisa memelihara subak. Caranya petani harus dididik berekonomi, dimana tiap subak ada koperasi tani, seperti halnya LPD yang ada di tiap desa adat. Subak juga dijadikan agrowisata seperti di Ceking sehingga ada tambahan pendapatan dan subak dikunjungi banyak orang (turis) sehingga ada kebanggaan yang dapat mendorong petani untuk tidak menjual sawahnya. Prof. Windia mencontohkan subak di Lodtunduh yang berhasil mengembangkan koperasi tani dimana petani di sana kini bisa beli pupuk dan bibit bersama. Bahkan subak ini memiliki perarem dimana tak boleh menjual sawah atau alih fungsi sawah. “Kalau ada yang sampai membeli swah, mereka tak dikasi membangun misalnya tak diberikan jalan. Jadi meski sudah dijual tetap jadi sawah. “Ini sebuah usaha-usaha untuk mempertahankan sawah dan subaknya,” tambah dosen Fak. Pertanian Unud ini.

Saat ini beberapa kabupaten dalam meningkatan pendapatan petani sudah melakukan hal itu seperti menetapkan harga gabah di atas harga pasar, PBBnya dibantu dan dijamin air irigasi serta ada asuransinya. “Ini cara-cara agar petani senang jadi petani,” tambahnya. Permerintah harapnya harus konsen dengan subak dan jangan ditinggal. Sebab petani adalah orang paling miskin di dunia termasuk di Indoneia dan Bali sendiri. Kemiskinan di Bali saat ini meningkat 0,04 persen. Ini karena petani tak ada peningkatan hasil pertaniannya. “Ini merupakan kerak kemiskinan. Jadi kalau  ingin mengurangi kemiskinan maka pendapatan petani harus ditingkatkan. Itu kuncinya,” tambah Prof. Windia. Terkait kehadiran museum subak menurutnya harus dapat merangsang kebijakan yang memihak kaum petani dan petanian. Museum subak jangan hanya menampilkan yang baik saja,  tapi juga problem subak dan keadaan petani sehingga  bisa mendorong emosi pengunjung subak berbuat untuk kebaikan subak. (bas)