Prof. Lasmawan: Dua Makna di Hari Sumpah Pemuda

(Baliekbis.com), Sudah jamak dimengerti, bahwa setiap peringatan sumpah pemuda yang dideklarasikan tanggal 28 oktober 1928 sampai dengan saat ini, makna dasar yang tertuang adalah bangkitnya generasi muda untuk merajut nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa generasi muda tidak hanya berdiam diri.

Menurut Akademisi Universitas Pendidikan Ganesha, Prof. Dr. I Wayan Lasmawan, terdapat sejumlah hal yang harus dilakukan dalam rangka menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terhormat dan dihormati dalam pergaulan global yang sangat dinamis. Apa sajakah itu?.

Pandangan Lasmawan diawali dengan penekanan setiap memperingati hari Sumpah Pemuda. Terdapat dua makna dasar yang selalu direfleksikan, yaitu tentang kepemudaan dan kebangsaan. Dalam konteks ini, terdapat lima makna fundamental yang harus selalu diingat dan ingatkan kepada semua sebagai sebuah bangsa, terutama kalangan pemuda, yaitu: (1) pentingnya menyadari bahwa generasi muda adalah asset bangsa yang sangat strategis, karena ditangan merekalah masa depan bangsa ini dipertaruhkan, (2) pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, karena dengan kesadaran kebangsaan yang mendalam segalanya bisa diraih dan terjadikan, (3) pentingnya memberi ruang, waktu, dan pendanaan bagi generasi muda untuk mengkreasikan cipta, rasa, dan karsanya seoptimal mungkin, (4) pentingnya kesadaran keberagaman dikalangan generasi muda sebagai manusia yang hidup dan akan terus hidup di bumi nusantara yang sangat multikultur, dan (5) pentingnya pendidikan terhadap generasi muda untuk menjadi pribadi yang literate atas diri, bangsa, dan tantangan dunia masa depan.

“Berdasarkan lima makna dasar sumpah pemuda inilah, simpul-simpul kebangsaan akan tetap terpelihara dan kita yakini akan menghantarkan bangsa yang besar ini menjadi bangsa yang dihormati dan mampu memainkan peranan penting dalam konstelasi pergaulan global,” tegasnya.

Untuk itu, menurutnya sudah sepantasnya pembangunan pendidikan nasional diarahkan pada generasi muda, kaum milineal bangsa yang akan menjadi pilar utama potret bangsa Indonesia di masa depan. “Karena pendidikan anak bangsa berbanding lurus urgensinya dengan eksistensi bangsa dan republik tercinta ini,” katanya.

Bagi generasi muda, menurut akademisi asal Kintamani, Bangli ini terdapat enam hal yang bisa dilakukan untuk memaknai Sumpah Pemuda, yaitu: (1) Terus belajar dan ciptakan prestasi, (2) Mencintai diri sendiri dan bangga sebagai bangsa Indonesia, (3) Berperilaku 4 C, yaitu creative, critis, comunikatif, control diri, (4) Pertahankan dan gunakan bahasa Indonesia, (5) Menjadi social and technology engineering bagi kemajuan bangsa, dan (6) Berparadigma unity in diversity dalam segala ruang kehidupan. “Keenam hal itu sangat mungkin dan sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar oleh kalangan generasi muda, jika kita ingin membawa republik tercinta ini menjadi salah satu bangsa yang terhormat dan dihormati dalam pergaulan global yang sangat dinamis,” ungkapnya.

Disampaikan lebih lanjut, “kekuatan” generasi muda menjadi salah satu penentu kemajuan dan eksistensi sebuah bangsa. Momentum peringatan sumpah pemuda ini, harus dijadikan sebagai momentum dan batu pijakan melakukan refleksi atas kedirian sebagai pribadi, bangsa, dan warga dunia untuk mereposisi dan mengkreasikan segala sesuatu yang belum optimal menjadi optimal, sehingga selaras dengan makna serta keinginan para pencetus dan deklarator sumpah pemuda pada 28 oktober 1928. “Jadi saya berharap generasi muda bisa terus bangkit untuk mewujudkan republik ini semakin berkualitas,” pungkas Lasmawan. (ist)