Prof. Bandem: Berita Palsu Bermuatan SARA yang Ditujukan Kepada ITB STIKOM Bali adalah Isu Lama yang Didaur Ulang

(Baliekbis.com),Pembina sekaligus pendiri Yayasan Widya Dharma Shanti Denpasar – ITB STIKOM Bali Prof. Dr. I Made Bandem,M.A. mengatakan pendirian STMIK STIKOM Bali pada tahun 2002 adalah bentuk kecintaan dan komitmen para pendirinya yakni Ida Bagus Dharmadiaksa, Satria Dharma, Dadang Hermawan dan Prof. Dr. Made Bandem atas situasi dunia pendidikan tinggi di Bali saat itu yang belum memiliki
lembaga pendidikan tinggi dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

“Berbekal keyakinan bahwa TIK akan menjadi salah satu bidang ilmu yang merubah dunia, kami pun berkolaborasi, berjuang, dan bekerja keras mewujudkan STMIK STIKOM Bali. Visi itu pun menjadi visi bersama, masyarakat Bali mendukung kami, dan sampai saat ini STMIK STIKOM Bali, dengan status barunya ITB STIKOM Bali telah meluluskan ribuan sarjana komputer dan ahli madya komputer,” jelas Prof. Bandem dalam jumpa pers sekaligus klarifikasi berita palsu yang ditujukan kepada ITB STIKOM Bali, Selasa (3/12/2019) di Warung Kubu Kopi Denpasar.

Dalam acara tersebut juga hadir di antaranya Ketua Yayasan Widya Dharma Santi Ida Bagus Dharmadiaksa, Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan dan Wakil Ketua Yayasan Widya Dharma Shanti Denpasar Marlowe Bandem. Dikatakan Prof. Bandem tidak ada maksud lain, selain memajukan pendidikan TIK di Bali yang mampu meluluskan SDM yang berkompetensi dalam bidangnya.

“Prestasi ini bukan semata milik kami, bukan untuk memperkaya diri, namun menjadi prestasi masyarakat Bali dalam berkontribusi untuk pembangunan bangsa melalui TIK. Dan ketika passion dan kecintaan bersama ini dinodai oleh hoax ‘berita palsu’ dan ujaran kebencian, yang bertujuan merusak kepercayaan, kerukunan, dan toleransi di antara kita, maka saya atas nama ITB STIKOM Bali perlu menyampaikan klarifikasi dan pernyataan,” jelas Prof. Bandem.

Klarifikasi tersebut yakni berita palsu bermuatan SARA yang ditujukan kepada ITB STIKOM Bali adalah isu lama yang didaur ulang sehingga tidak ada validitas dan relevansinya dengan kondisi ITB STIKOM Bali dewasa ini. Kegaduhan dari berita palsu bermuatan adu domba ini mesti disadari bukan semata-mata ingin menghancurkan nama baik dan prestasi ITB STIKOM Bali, namun ditujukan sebagai upaya memecah-belah kebersamaan, kerukunan dan kedamaian di Bali, dan ini sangatlah berbahaya karena bisa menimbulkan konflik di tataran akar rumput.

“Keluarga besar ITB STIKOM Bali mengecam penyebaran hoax bermuatan SARA ini, dan akan menjalankan tanggung jawab moral menjaga NKRI dengan menempuh jalan hukum. ITB STIKOM Bali tetap berkomitmen menjadi kampus TIK yang berlandaskan pada keteguhan melestarikan, mengembangkan, dan memajukan kebudayaan Bali,” ujar Prof. Bandem.

Prof. Bandem juga mengajak semua lapisan masyarakat untuk berpikir jernih dan menghindari tindakan anarkis yang bisa
merugikan. “Kepada semua anggota Keluarga Besar ITB STIKOM Bali termasuk para alumni yang kini mengabdi di berbagai tempat di Indonesia, mari kita gunakan masalah ini sebagai kesempatan berharga untuk menunjukkan kualitas kita sebagai insan akademis yang menghargai toleransi serta setia kepada Pancasila dan NKRI,” ujar mantan Rektor ISI Denpasar dan ISI Jogja ini.

Hal senada disampaikan Ketua Yayasan Widya Dharma Santi Ida Bagus Dharmadiaksa yang mengatakan kehidulan dan keberagaman di kampus berlangsung dengan baik. Karena itu adanya berita hoax yang merugikan tersebut akan disikapi secara tegas. “Kita masih kaji dan segera menempuh jalur hukum,” tegasnya.

“Dulu tahun 2015 ketika hoax ini muncul kami masih diam. Ini bukan hanya persaingan bisnis, tapi sudah mengarah SARA dan kehormatan. Maka kami harus tuntaskan. Ini cara yang tak elegan untuk menjatuhkan lembaga,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Marlowe Bandem yang mengatakan teknologi itu ibarat pisau bermata dua. “Tapi hoax ini harus diatasi ketika sudah mengarah kepada upaya-upaya yang merusak, memutar balikkan fakta dan ujaran kebenciaan,” jelasnya.

Marlowe Bandem mengemukakan kronologis penyebaran informasi hoaks hasil penelusuran tim forensik digital ITB Stikom Bali, yakni konten hoaks bersumber dari sebuah postingan lama (tertanggal 28 November 2015) di Facebook yang bertajuk “Masyarakat Bali vs STIKOM Bali Scorenya 4:0” yang dibagikan kembali oleh sebuah akun pada Jumat, 29 November 2019.

Postingan tersebut juga dishare oleh setidaknya 18 akun Facebook sepanjang tanggal 29 November s/d 1 Desember 2019. Bahkan satu akun membagi ulang postingan lama tersebut sebanyak dua kali. Selain itu ada postingan yang dibagikan secara khusus ke berbagai grup Facebook yang berkaitan dengan komunitas atau ikatan kekeluargaan ‘semeton’ Bali. Konten lama itu juga dibagikan via Whatsapp. Teks dari postingan lama didaur ulang: di-copy dan di-paste dengan pencantuman sebuah nama dan nomor telepon genggam.

Konten lama yang didaur ulang ini selanjutnya diteruskan melalui Whatsapp dan nampaknya secara khusus menargetkan sharing kepada grup-grup Whatsapp yang beranggotakan komunitas/warga Bali. Tanpa mengecek kebenaran konten, dan tanpa berusaha mengonfirmasi kebenarannya secara resmi ke ITB STIKOM Bali, konten hoax bermuatan SARA yang telah dikemas ulang tersebut ramai dishare di Whatsapp.
“Pertanyaannya kenapa memosting ulang konten lama dari 28 November 2015 dan menyamarkannya sebagai konten baru? Permasalahan tahun 2015 yang dikaitan dengan Saudara Dadang Hermawan dan STIKOM BALI sudah tuntas setelah adanya klarifikasi dari yang bersangkutan, dan hal tersebut telah diterima dengan lega oleh publik luas,” jelas Marlowe.(bas)