PKK Tingkatkan Pemahaman Pakaian Adat dan Bebantenan

(Baliekbis.com), Belakangan ini banyak terjadi penyimpangan cara berpakaian adat ke pura dan pakain pengantin sudah tidak sesuai dengan pakem yang ada. Bahkan berpakaian adat ke pura sudah tidak sesuai dengan estetika seperti memakai kain kamen selutut. Tentunya ini  harus mendapatkan perhatian serius sehingga tidak terus menyimpang. Demikian disampaikan Plt. Ketua Tim Penggerak PKK Kota Denpasar Ny. Sagung Antari Jaya Negara yang didampingi Ketua DWP Kota Denpasar Ny. Kerti Rai Iswara disela-sela workshop pakaian adat kepura dan pengantin serta workshop bebantenan yang dilaksanakan berkaitan PKB ke-40 di Kota Denpasar, Sabtu (19/5) di Gedung Sewaka Dharma. Workshop yang dibuka Sekda Kota Denpasar AAN Rai Iswara mewakili Plt. Walikota Denpasar IGN Jaya Negara dihadiri juga Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa IB Alit Wiradana dan diikuti seluruh anggota PKK, DWP dan WHDI Kota Denpasar.

“Banyak saya temui busana pengantin yang memakai bahan-bahan tile, yang tentuya mengurangi nilai etika dan estetika dari busana tradisional pengantin Bali. Selain itu, kain yang dipakai juga memiliki belahan di tengah dan membuat para pengantin tersebut tidak nyaman,” ujarnya. Sagung Antari Jaya Negara tidak menampik bahwa perkembangan mode dan inovasi tren busana dari para desainer di Bali tentunya tidak bisa dibendung.

“Namun, hendaknya pada upacara yang bersifat sakral seperti pernikahan adat, pengantinnya menggunakan busana sesuai dengan pakem daerah masing-masing yang mengandung makna filosofis,” ujarnya. Ia berharap dengan adanya acara workshop busana ini dapat memberikan manfaat dan masukan yang positif bagi seluruh masyarakat Denpasar, agar turut menjaga pakem dan filosofi busana Bali di tengah arus globalisasi dan tren mode yang berkembang saat ini.

Pada kesempatan tersebut dihadirkan materi workshop disampaikan oleh dua narasumber yaitu desainer Bali Anak Agung Ngurah Anom Mayun (A3) yang menyampaikan materi mengenai busana adat ke pura dan busana pengantin modifikasi. Dan Ida Ratu Gde Made Putra Kekeran tentang tata cara membuat banten tebasan raja singa, tebasan pasupati, tebasan sabrah rah dan penggunaan dhupa dan dhipa dalam upacara hindu.

Sekda Kota Denpasar AAN Rai Iswara menambahkan warkshop ini merupakan salah satu untuk meningkatkan kreativitas untuk mendukungi visi dan misi kota Denpasar yang kreatif. Disamping juga untuk meningkatkan pemahaman tentang materi workshop yang diberikan. Sedangkan untuk kain (kamen) harus ditata secara rapi dan menutupi kaki, sedangkan untuk alas kaki hendaknya menggunakan bahan yang nyaman, selain itu aksesoris dan rias wajah yang digunakan untuk ke pura juga tidak boleh berlebihan.

Anak Agung Ngurah Anom Mayun mengatakan saat ini banyak ada modifikasi pakaian adat termasuk pakaian pengantin. Meski demikian Ia berharap agar tetap berpatokan pada pakem yang telah ada selama ini. Karena dalam berpakaian terutama pakaian pengantin harus disesuaikan dengan tingkatan upacara yang dilaksanakan yaitu nista, madia dan utama.(Gst)