Pertemuan Tahunan BI, Pariwisata Masih Jadi Andalan Ekonomi Bali

Kepala Bank Indonesia Provinsi Bali (tengah)
Kepala Bank Indonesia Provinsi Bali (tengah)

(Baliekbis.com), Industri pariwisata sampai saat ini masih menjadi andalan perekonomian Bali selain sejumlah sektor lainnya. Demikian terungkap dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2016 di Kantor Bank Indonesia Provinsi Bali, Rabu (30/11/2016). Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali Causa Iman Karana mengatakan sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional, perlambatan perekonomian global turut berdampak pada kinerja ekspor barang Provinsi Bali. Meskipun demikian, masih kuatnya ekspor jasa yang ditopang oleh industri pariwisata, serta permintaan domestik dan didukung dengan komitmen Pemerintah dalam bidang pembangunan infrastruktur, telah mendorong optimisme peningkatan kinerja Perekonomian Provinsi Bali di tahun 2016. Industri pariwisata menurut Causa masih menjadi pendorong utama perekonomian Provinsi Bali, yaitu pada lapangan usaha penyediaan akomodasi makan dan minum, perdagangan besar dan eceran, transportasi dan pergudangan, serta industri pengolahan dan perbaikan jaringan irigasi serta penerapan pola tanam dan teknologi pangan, dalam upaya peningkatan produktivitas lapangan usaha pertanian akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Bali tahun 2016, dan diproyeksikan pada kisaran 6,15% – 6,55% (yoy).

Dikatakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali yang semakin inklusif telah mampu menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), dari sebesar 1,99% pada Agustus 2015 menjadi sebesar 1,89% atau berjumlah 46,48 ribu orang pengangguran pada Agustus 2016. Angka tersebut juga jauh dibawah TPT nasional yang sebesar 5,49%. Terjaganya laju pertumbuhan ekonomi Bali di atas 6%, dan pergerakan inflasi yang terjaga pada tingkat yang rendah dan stabil, turut menurunkan tingkat kemiskinan, persentase penduduk miskin menurun pada Maret 2016 tercatat sebesar 4,25%, lebih rendah dibandingkan Maret 2015 yang sebesar 4,74%. Angka tersebut juga masih jauh dibawah tingkat kemiskinan nasional, yang sebesar 10,86% pada Maret 2016. Perkembangan positif tersebut juga didukung oleh proyeksi inflasi yang terjaga pada tingkat yang rendah dan stabil di tahun 2016, pada kisaran 3,14% ± 1% (yoy), sehingga mendukung tercapainya target inflasi nasional yang sebesar 4% ± 1% (yoy). Perkembangan intermediasi perbankan turut menunjukkan perkembangan positif, dengan pertumbuhan kredit sebesar 9,92% (yoy) dan pertumbuhan DPK sebesar 4,97% (yoy) pada triwulan III 2016. Perkembangan tersebut juga didukung oleh tingkat NPL yang terjaga masih dibawah 5% yaitu sebesar 2,96%.

Kegiatan sistem pembayaran tunai di Bali tercatat cukup tinggi, dimana aliran uang masuk ke kas BI (cash inflow) periode Januari-Oktober 2016 tercatat Rp 15,2 triliun (naik 33,04%; ctc), sementara cash outflow atau aliran uang keluar dari kas BI tercatat Rp14,6 triliun (naik 28,96%; ctc), sehingga terjadi net inflow sebesar Rp 569 miliar. Perkembangan transaksi jual – beli valas di Provinsi Bali menunjukkan peningkatan selama beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data transaksi Penyelenggara KUPVA BB di Provinsi Bali, total transaksi jual – beli valas tahun 2016 (Januari – September) mencapai Rp22,91 triliun, meningkat sebesar 0,26% (ctc) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan triwulan III 2016, total pembelian dan penjualan valas masing-masing sebesar Rp11,35 dan Rp11,56 triliun. 25. Sementara itu, transaksi melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) periode Januari – September 2016 tercatat sebesar Rp58,37 triliun, naik 57,51% (ctc).

Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika membawa perekonomian dunia kepada dinamika baru. Janji kampanye Trump untuk lebih memproteksi perdagangannya, berpotensi menghambat kinerja perdagangan luar negeri Provinsi Bali, mengingat Amerika merupakan negara tujuan ekspor barang utama Provinsi Bali. Berdasarkan perkembangan industri pariwisata terakhir, meskipun tren kunjungan wisman masih menunjukkan peningkatan, terdapat perubahan struktur wisatawan sehingga kualitas wisman cenderung berkurang, baik dari sisi spending wisman maupun dari rata-rata lama tinggal. Selain itu, pertumbuhan pembangunan hotel yang cenderung terpusat di daerah Bali Selatan, turut berdampak pada penurunan occupancy rate yang memaksa hotel menerapkan tariff kamar yang lebih rendah, sehingga mendorong terjadinya perang tarif. Ketidakmerataan pembangunan antara Bali Selatan dan wilayah Bali lainnya, turut menjadi tantangan tersendiri untuk Provinsi Bali, dalam mencapai Pertumbuhan Ekonomi yang inklusif dan berkualitas. “Faktor ketersediaan infrastruktur penunjang, khususnya terkait dengan konektivitas, menjadi tantangan berat di tengah-tengah tingginya biaya pembebasan lahan di Provinsi Bali,” ujar Causa Iman Karana.

Perdagangan luar negeri Provinsi Bali juga menurutnya masih menghadapi tantangan dari masih relatif lemahnya daya saing produk ekspor Bali. Dibandingkan dengan negara peer Bali seperti Vietnam, Kamboja, dan Tiongkok biaya produksi di Provinsi Bali khususnya untuk produk tekstil masih relatif lebih tinggi (listrik dan upah tenaga kerja).  Lapangan usaha pertanian yang merupakan lapangan usaha dengan share terbesar kedua di Provinsi Bali, juga menghadapi tantangan yang isebabkan oleh tingginya alih fungsi lahan pertanian dan keterbatasan jumlah tenaga kerja di bidang pertanian. Selain itu, masih rendahnya tingkat pemanfaatan teknologi pertanian, turut berdampak pada masih rendahnya tingkat produktivitas pertanian Provinsi Bali.

Sementara Gubernur Bali dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten II Dewa Sunarta mengatakan di tengah kondisi ekonomi global yang masih tumbuh terbatas dan sejalan perlambatan ekonomi nasional, ekonomi Bali di triwulan III 2016, juga tumbuh melambat. Perlambatan tersebut disebabkan oleh melambatnya konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga serta kebijakan penundaan penyaluran dana alokasi umum (DAU) yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Meskipun demikian, secara akumulatif sepanjang tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Bali tumbuh sebesar 6,26% (ctc), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2015 yag tercatat sebesar 6,04% (yoy). Sementara tingkat pengangguran terbuka di Bali justru menunjukkan penurunan yang signifikan. Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka di periode Agustus 2016 tercatat sebesar 1,89%, lebih rendah dibandingkan dengan periode Februari 2016 yang tercatat sebesar 2,12% dan Agustus 2015 yang tercatat sebesar 1,99%. Capaian tingkat pengangguran terbuka Bali di periode Agustus 2016 jauh lebih rendah dibandingkan tingkat pengangguran terbuka Indonesia yang sebesar 5,61%. Sejalan dengan penurunan tingkat pengangguran tersebut, nilai tukar petani (NTP) pada triwulan III 2016 mengalami peningkatan (sebesar 106,92) dibanding periode yang sama tahun lalu (sebesar 104,46), dan dibanding triwulan II 2016 (sebesar 105,78). Peningkatan NTP secara umum mengindikasikan meningkatnya kesejahteraan petani dengan peningkatan daya beli petani di pedesaan.

Disela-sela acara Bupati Karangasem mengatakan kondisi ekonomi masyarakatnya sebagian masih ada yang memprihatinkan. Padahal Karangasem memiliki potensi ekonomi yang cukup besar. Untuk itu Bupati berharap adanya dukungan dari berbagai pihak dalam membantu memajukan ekonomi masyarakatnya. “Salah satunya melalui bantuan CSR (Corporate Social Responsibility)  yang cukup besar manfaatnya bagi masyarakat,” ujar Bupati. (ist)