Perlu Kebijakan Fiskal Agresif Hadapi Covid-19

(Baliekbis.com), Wabah Covid-19 tidak hanya berimbas pada sektor kesehatan, tetapi turut memengaruhi ke sektor ekonomi. Pasalnya, hampir sebagian besar kegiatan ekonomi terhenti untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Sekar Utami Setiastuti, Ph.D., menyebutkan wabah Covid-19 telah menyebabkan guncangan ekonomi secara global. Penyebaran virus corona jenis baru ini pun turut memengaruhi perekonomian Indonesia.

“Wabah ini membuat orang untuk tetap di rumah, bekerja dari rumah, mematikan produksi, dan melumpuhkan komponen penting dari rantai pasokan,” terangnya dalam seminar secara daring “Pemodelan Dampak Makroekonomi dari Pandemi”, Rabu (22/4).

Menurutnya pemerintah perlu mengambil kebijakan fiskal yang aresif untuk menghadapi virus corona ini. Sebab, kebijakan moneter konvensional dinilai tidak mungkin cukup memitigasi penurunan ekonomi. Ditambah dengan adanya friksi dalam pasar kredit dan suku bunga yang cenderung turun.

Kebijakan fiskal yang agresif tersebut diperlukan terutama bagi pekerja. Misalnya, memberikan bantuan likuiditas atau kredit pajak kepada perusahaan yang terkena dampak. Hal lain dengan memberikan asuransi pada pengangguran diharapkan dapat mengurangi informalitas dalam perekonomian.

Kebijakan pembatasan diterapkan untuk menekan tingkat infeksi Covid-19. Kendati begitu, upaya tersebut menimbulkan biaya yang besar.

“Namun, ini merupakan krisis kesehatan sehingga memang perlu dilakukan pembatasan,”sebutnya. Dia menyampaikan terdapat dua kebijakan pembatasan yang bisa dilakukan. Pertama, mengisolasi orang yang terinfeksi. Melakukan tes secara massal sehingga infeksi bisa lebih diketahui sejak dini tanpa menyebabkan resesi. Kedua, dengan hanya membuka usaha atau bisnis yang penting untuk menekan penyebaran virus corona. Misalnya, usaha yang berhubungan dengan kebutuhan pokok, bank, penyelenggara sistem pembayaran, pom bensin, telekomunikasi, dan ekpsedisi barang. (ika)