Peringati Hari Sumpah Pemuda, Eko Cahyono: Generasi Muda Mampu Jadi Motor Penggerak Ekonomi

(Baliekbis.com), “Kita bangga generasi muda zaman now jauh lebih kreatif dan inovatif. Mereka menjadi motor penggerak ekonomi digital lewat startup teknologi yang belakangan terus muncul. Makin banyak lahir enterpreneur dan khususnya juga technopreneur tentu sangat positif bagi kekuatan ekonomi bangsa kita ke depan,” ungkap ekonom yang juga pengamat ekonomi digital H.M. Eko Budi Cahyono, S.E.,M.M.,M.H., Minggu (28/10) terkait Hari Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober.

Menurut Eko Cahyono generasi muda Indonesia telah mampu mengubah,  merevolusi wajah bisnis dan industri menuju ekonomi digital dengan berbagai inovasi teknologi digital yang disrutif. Eko yang kini sebagai Caleg DPR RI Dapil Bali nomor urut 2 dari PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) itu menambahkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta digitalisasi dengan cepat diadaptasi, ditangkap menjadi ide kreatif dan inovatif yang berkembang menjadi bisnis startup oleh generasi muda milenial.

“Apalagi mereka memang dikenal punya kemampuan belajar lebih cepat dan sangat melek teknologi. Bahkan mereka juga dikenal sebagai multitasking atau bisa mengerjakan beberapa kegiatan sekaligus. Kita saat ini memasuki era dimana anak-anak muda sudah mampu menunjukkan berbagai prestasi di bidangnya. Teknologi mereka jadikan ‘tools’ untuk berkarya,” imbuh Eko yang juga pendiri Ekonomi Bali Creatif  itu.

Ia mencontohkan banyak anak muda jadi YouTubers, Vlooger, Blogger dan Selebgram maupun Influencer. Lalu mereka bisa menggubah wajah industri periklanan mengarah pada digital advertising dimana perusaan dan pemilik merek banyak beralih memasang iklan di YouTube, dan media sosial serta menggunakan jasa mereka untuk menyampaikan pesan merek.

Kemudian banyak muncul startup teknologi yang lahir dari tangan kreatif anak-anak muda ini. Bahkan mereka juga menarik perhatian dunia internasional lewat berbagai karya inovatif dan dinilai sebagai sosok berpengaruh di negaranya.

Prestasi ini dibuktikan dengan 10 pemuda-pemudi Indonesia ke dalam daftar terbaru  30 under 30 majalah Forbes 2017. Daftar ini berisi nama dari pemuda yang berusia di bawah 30 tahun yang telah sukses menjalankan inovasinya dan berpotensi menjadi pemimpin masa depan. Menariknya, tercatat ada 8 founder startup digital dari berbagai sektor/jenis  layanan yang berhasil masuk daftar bergensi Forbes ini.

Mereka yakni Adamas Belva Syah Devara (26 tahun) dan Iman Usman (25 tahun) selaku pendiri (founder) Ruangguru.  Gibran Huzaifah Amsi El Farizy (27 tahun) selaku founder  E-Fishery yang berhasil  merevolusi pasar akuakultur di Indonesia. Selanjutnya Teguh Ariwibowo (27 tahun),  co-founder Pinjam Indonesia, sebuah layanan gadai digital. Tyovan Ari Widagdo (27 tahun) founder Bahaso (platform onlineuntuk memudahkan belajar bahasa asing. Try Wibowo (27 tahun) selaku founder Insan Medika (platform jasa kesehatan Indonesia yang menyediakan perawatan rumahan bagi lansia). Marshall Pribadi (27 tahun) yang mendirikan Privy (fasilitator identitas universal dan penyelenggara tanda tangan elektronik). Berikutnya Christina Suriadjaja (26 tahun) yang mendirikan Travelio pada 2015. Layanan Travelio fokus menawarkan penyewaan kamar dari harian hingga bulanan layaknya Airbnb.

Tidak berhenti sampai disana, kata Eko, prestasi generasi muda Indonesia pendiri startup digital juga dibuktikan dengan ada empat nama founder startup yang kini berstatus unicorn (perusahaan dengan nilai di atas 1 miliar US dollar atau setara Rp 15 triliun lebih) menyandang status OKB (Orang Kaya Baru). Mereka  masuk dalam lima nama terbawah dalam daftar 150 Richest Indonesian yang dirilis Majalah Global Asia edisi Juni 2018.

Mereka yakni Ferry Unardi (30) founder Traveloka menempati urutan 146 dengan kekayaan US$145 juta, mengungguli tiga rekan lainnya. Menyusul diposisi 148 ada nama William Tanuwidjaya (36) founder Tokopedia dengan kekayaan US$130 juta. Pemilik e-commerce Bukalapak yang jadi pesaing Tokopedia, Achmad Zaky (31) ada di posisi 149 dengan kekayaan US$105 juta. Sementara Nadiem Makarim (33) yang menjadi bos Gojek, ada diposisi 150 dengan kekayaan US$100 juta.

“Keempat founder unicorn Indonesia ini saya mereka mendirikan startup masing-masing masih berusia di bawah 30 tahun. Dan rata-rata hanya dalam hitungan lima hingga enam tahun mereka berhasil melejit menjadi raja ekonomi digital di Indonesia dengan status unicorn lokal,” ujar Eko lantas mengaku bangga dengan capaian generasi muda ini.

Untuk itu pria yang juga aktif sebagai konsultan ekonomi manajemen keuangan dan properti itu berharap anak-anak muda Indonesia jangan takut untuk terus bermimpi membangun startup mereka. Kemudian menjadikan para founder unicorn atau startup lainnya yang sudah sukses sebagai inspirasi dan motivasi menggapi mimpi dan langkah yang sama.

“Jika semakin banyak anak muda menjadi technopreneur mendirikan  startup lalu banyak yang menjadi  besar  bahkan unicorn, kita sangat  optimis visi Indonesia menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara yang mencapai USD 130 miliar pada 2020 dapat terwujud,” pungkas Eko yang juga penulis buku ekonomi bisnis “best seller” berjudul “Sukses Ada di Pikiran dan Infrastruktur Ekonomi” itu. (emc)