Peringati Hari Pahlawan, Kampus Harus Menjaga Independensi dari Pengaruh Konstestasi Politik Terkini

(Baliekbis.com), Upaya menjaga dan mengawal Pancasila oleh generasi milenial harus dibarengi dengan kemampuan menyampaikan materi Pancasila yang lebih inovatif dan berorientasi pada praktek sehari-hari. “Gunakan gaya komunikasi visual, fun (menyenangkan), kaya content dan disampaikan melalui media komunikasi yang tengah viral dan terkini,” ucap Oktaviansyah N.S. yang juga mantan aktivis gerakan Reformasi 1998 saat hadir di sela acara Aksi Kebangsaan, Sabtu (10/11) di halaman Kampus Universitas Udayana Jalan Sudirman, Denpasar.

Menghadapi tahun politik ia juga mengingatkan agar kampus harus terus menjaga independensi (kemandirian) dan netralitas akademik dari pengaruh konstestasi politik terkini (Pilpres 2019) yang bersumber pada kebenaran serta kejujuran ilmiah.

Endang Astuti Bunga, mahasiswa Universitas Ngurah Rai Denpasar mengatakan generasi milenial saat ini menghadapi tantangan yang tidak ringan akibat terbukanya akses informasi dan merenggangnya hubungan-hubungan sosial sebagai dampak modernisme. “Mahasiswa harus menggunakan nalar logis di tengah banjir informasi. Karena penyebaran paham radikalisme tidak jarang menggunakan informasi-informasi bohong (hoax) untuk menimbulkan rasa kebencian dalam masyarakat,” ucapnya. Endang menambahkan, mahasiswa milenial jangan sampai terlena oleh kenyamanan dan berbagai kemudahan akibat perkembangan teknologi saat ini. Mahasiswa harus tetap peka dan berdiri tegak menjadi benteng moral-intelektual terhadap setiap gerakan yang ingin mengubah Pancasila.

Dalam peringatan Hari Pahlawan 10 November, ribuan mahasiswa gabungan dari perguruan tinggi negeri dan swasta se-Bali menggelar aksi kebangsaan bertema “Aksi Kebangsaan Menjaga Pancasila”.Sementara Kasdam IX/Udayana Brigjen TNI Kasuri yang turut hadir dalam orasinya menyerukan agar mahasiswa selalu ingat akan peristiwa heroik pertempuran Surabaya pada tanggal 10 Nopember 1945, di mana didalamnya memberi pelajaran berharganya arti kemerdekaan itu. “Dalam pertempuran tersebut bukan hanya rakyat Surabaya dan Jawa Timur yang turun bertempur, tetapi juga pejuang-pejuang dari Bali, Batak, Kalimantan, Makassar, dan lain-lain, tanpa memandang agama dan golongan sosial,” kata Kasdam.

Kasdam lantas mengingatkan para mahasiswa bahwa salah satu wujud nasionalisme generasi muda saat ini adalah berupa kemampuan menolak setiap upaya memecah belah bangsa dengan kedok ideologi apapun. Aksi damai yang diisi orasi-orasi kebangsaan oleh IB Radendra selaku penggagas acara, pimpinan BEM perguruan tinggi, dosen, Kepala Staf Kodam IX/Udayana, dan pejabat Polda Bali ini, juga diselingi pentas musik kebangsaan.
Beberapa orator mahasiswa antara lain berasal dari Universitas Ngurah Rai, STIKI, STIMIK Primakara, STIMI Handayani, Akademi Farmasi Saraswati, UTI Nusa Dua, STIPAR, Akakom Mapindo Badung dan Politeknik Internasional Bali Tabanan. Deklarasi Kebangsaan Perguruan Tinggi Se Indonesia ditutup dengan pernyatakan:
1. Satu Indeologi, Pancasila
2. Satu Konstitusi, UUD RI Tahun 1945
3. Satu Negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia
4. Satu Semboyan, Bineka Tunggal Ika
5. Satu Tekad, Melawan Radikalisme dan Intoleransi, yang dibacakan bersama oleh seluruh peserta perguruan tinggi yang hadir. (awp)