Perayaan Dipawali, Bisa Jadi Daya Tarik Wisatawan India

(Baliekbis.com), Sebagai umat Hindu yang ajarannya berasal dari India seyogyanya bagaimana perayaan Dipawali di India juga dilaksanakan di Bali. Bahkan tidak tertutup kemungkinan improvisasinya bisa lebih semarak dari India. “Perayaan Dipawali oleh umat Hindu Etnis India juga bisa sebagai daya tarik mereka untuk sekaligus berwisata ke Bali. Kalau mungkin bisa ditetapkan di daerah mana bagusnya dipusatkan perayaan itu,” ujar Anggota Komisi IV DPR RI AAB Adhi Mahendra Putra, Kamis (19/10) terkait perayaan Dipawali di Bali. Pernyataan Gus Adhi, panggilan akrab AAB Adhi Mahendra Putra juga tidak terlepas dari pertemuan dengan Menteri Luar Negeri India, Wakil DPR India dan Dubes Indonesia di India Sidharto R. Suryodipuro saat melakukan kunjungan kerja GKSB DPR RI ke India belum lama ini.

Menurutnya pihak India sangat merespons positif pembangunan di Indonesia termasuk di sektor pariwisata. Apalagi pariwisata Bali yang juga sangat dekat dengan adat dan budaya. Ia melihat masyarakat India sangat banyak di Bali. Bahkan turis India menduduki posisi strategis bagi kepariwisataan Bali. “Kalau kondisi ini bisa dikemas sedemikian rupa termasuk pada perayaan hari besar seperti Dipawali ini tentu akan semakin meningkatkan hubungan kita,” jelasnya. Pada kesempatan itu Gus Adhi juga mengapresiasi Gubernur Bali atas surat edaran perayaan Divali tersebut. Dirjen Bimas Hindu Kemenag Prof. I Ketut Widnya dalam surat edaran tertanggal 4 Oktober 2017 menerangkan bahwa Dipawali dirayakan pada tanggal 18 dan 19 Oktober 2017, namun libur fakultatif perayaan hanya untuk umat Hindu Etnis India yang ada di Tanah Air.

Gus Adhi.

Dipawali atau Deepavali merupakan salah satu hari raya terbesar umat Hindu di India yang dirayakan pada bulan Aswayuja menurut kelender Caka Hindu atau sekitar bulan Oktober-November pada kalender Gregorian. Perayaan ini digelar selama 5 hari berturut-turut dengan menyalakan berbagai cahaya sehingga dikenal sebagai Festival Cahaya. Dipawali sendiri berasal dari bahasa sansekerta yang artinya “barisan cahaya”. Perayaan Dipawali umumnya tidak hanya berlangsung di India tapi juga di seluruh dunia dimana orang-orang keturunan India tinggal, termasuk di Malaysia dan Singapura, dan tidak hanya khusus pada umat Hindu. Mereka yang beragama Jainisme dan Sikh juga merayakan festival ini sebagai bagian dari tradisi yang patut dilestarikan.

Seperti halnya perayaan Galungan di Bali, hari raya Dipawali dimaknai sebagai perayaan kemenangan kebaikan (dharma) atas kejahatan (adharma), dimana kebaikan dilambangkan dengan cahaya sedangkan kejahatan dilambangkan dengan kegelapan. Ada beberapa kisah baik dalam Ramayana maupun Mahabharata yang sering dikaitkan dengan perayaan Dipawali, di antaranya cerita kembalinya Rama setelah 14 tahun mengalami pengasingan, dimana pada saat itu rakyat Kerajaan Ayodya menyalakan cahaya dari mentega untuk menyambut kedatangannya. Kisah lainnya adalah cerita terbunuhnya seorang yang jahat bernama Narakasura oleh istri Krishna yang bernama Satyabhama pada masa Dwapara Yuga serta cerita kembalinya Pandawa setelah mengalami pengasingan selama 12 tahun di Hutan Kamyaka dan 1 tahun penyamaran di Kerajaan Wirata.

Khusus bagi penganut Jainisme, perayaan Dipawali menjadi sangat penting karena hari tersebut adalah hari dimulainya tahun Jain, tahun kalender khusus bagi penganut Jainisme. Perayaan Diwali berlangsung selama 5 hari mulai tanggal 28 Aswayuja, namun sebelum perayaan berlangsung umumnya orang-orang sudah melakukan persiapan, mulai dari menyiapkan sumber cahaya (seperti lilin, lentera, dan kembang api), makanan dan kue, hingga membeli pakaian baru. Adapun perayaan yang dilakukan selama 5 hari tersebut adalah Dhanatrayodashi, Naraka Chaturdashi, Lakshmi Puja, Bali Pratipada dan Govardhan Puja, serta yang terakhir adalah Yama Dwitiya atau Bhaiduj.

Pada hari perayaan ini, orang-orang dengan pakaian terbaiknya akan saling berkumpul dan bersilahturahmi untuk memperkuat tali persaudaraan. Mulai menjelang malam, orang-orang akan menyalakan api diya dan lentera pun dipasang di setiap depan rumah serta kembang api mulai dinyalakan. Tidak hanya itu orang-orang juga akan saling memberi hadiah satu sama lain serta ada pembagian kue khas India yang bernama mithai.

Di Indonesia sendiri perayaan Diwali memang kurang begitu dikenal, dalam sejarahnya bahkan tidak pernah ada perayaan semacam ini. Festival yang mirip dan bermakna sama dengan Diwali adalah Galungan, namun tradisi Galungan dihubungkan masyarakat Bali dengan kekalahan Mayadenawa sebagai tokoh jahat atas Dewa Indra. Ini menjadi bukti bahwa Hindu bukan hanya sekadar ritual namun lebih pada pemaknaan konsep yang disesuaikan dengan kultur dan sejarah masyarakatnya. Di India, hari ini dilakukan parade dan malamnya pesta kembang api sebagai bentuk perayaan kembalinya Rama dari hutan setelah berhasil mengalahkan Rahwana. (bas)