Peran Vital Keluarga Dalam Langkah Preventif Merokok Usia Dini

(Baliekbis.com), Pemerintah tengah berupaya untuk menurunkan angka prevalensi perokok anak melalui berbagai upaya. Hal ini ditempuh demi tercapainya generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas. Target capaian turunnya prevalensi perokok anak membutuhkan peran dan dukungan semua pihak agar dapat terealisasi, tidak terkecuali pabrikan atau pengusaha rokok.

“Industri Hasil Tembakau (IHT) secara  konsisten mengkampanyekan tentang bahaya merokok pada anak usia 18 tahun kebawah. Tetapi, hal tersebut kurang mendapat dukungan dari masyarakat.  Edukasi bahaya merokok kepada anak bahkan sudah dilakukan sejak tahun 1999. Namun, penjualan rokok kepada anak- anak masih terjadi. Hal ini memperlihatkan bahwa upaya satu atau dua elemen saja tidak cukup untuk mencegah anak untuk tidak merokok,masih  sulit dilakukan secara efektif. Inisiatif ini perlu mendapat dukungan Pemerintah sehingga lebih banyak pihak yang terinspirasi dan termotivasi untuk mendukung gerakan cegah perokok anak” kata Ketua Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (GAPRINDO) Benny Wachjudi.

Menurut Benny, untuk menekan angka perokok usia dini, diperlukan intensifikasi langkah preventif dari keluarga, khususnya para orang tua. Orang tua memiliki peran penting dalam  langkah pencegahan anak untuk tidak merokok, seperti aktif menjalin komunikasi dengan anak, memberikan contoh yang baik, memperhatikan pergaulannya, serta memberikan edukasi tentang bahaya merokok. Seperti yang diketahui, pada usia remaja anak-anak cenderung ingin mencoba segala sesuatu yang baru dikenalnya dari lingkungan pergaulannya. Hubungan orang tua dan anak juga menjadi lebih intensif selama 2 tahun terakhir, karena pandemi yang membatasi mobilisasi dan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat. Hubungan dan komunikasi dengan keluarga di rumah menjadi kegiatan inti keseharian orang tua dan anak.

Seiring berjalannya perkembangan usia, anak akan banyak sekali bersinggungan dengan faktor-faktor eksternal yang berisiko membuat mereka berada di dalam pergaulan kurang positif, salah mengambil keputusan, mencoba hal baru yang secara norma tidak dibenarkan, misalnya seperti membolos sekolah, berbohong, sampai mengkonsumsi produk khusus konsumen dewasa, dan tentunya kecenderungan untuk mencoba rokok. “Orang tua tidak hanya sekedar menegur sebagai tindakan awal dalam mencegah anak merokok, tetapi juga harus memiliki waktu bersama, berdiskusi, memberikan edukasi, dorongan dan motivasi untuk membangun kepercayaan diri agar anak  tidak  merokok” kata Benny.

Sebelumnya Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari sepakat jika peran orang tua cukup vital untuk menurunkan angka prevalensi perokok anak. “Ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi semua orang tua. Tapi tugas ini harus dilaksanakan dengan berkomunikasi dan memberi contoh buruknya merokok secara terus menerus kepada anak,” kata Lisda. Selain itu, Lisda berharap semua pihak juga terus bahu membahu mengurangi prevalensi perokok anak dengan meningkatkan pengawasan penjualan rokok.

GAPRINDO pun sejak tahun 2020 kembali gencar mengkampanyekan langkah preventif anak terhadap rokok. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya yang pernah dilakukan beberapa tahun yang lalu. Kampanye pun tidak hanya dilakukan melalui seminar-seminar offline, memberikan edukasi kepada peritel modern maupun tradisional, tapi juga membuat kanal digital  bernama cegahperokokanak.id. Dalam laman tersebut berisi berbagai tip yang penting diketahui oleh keluarga untuk mencegah anak dari ketergantungan rokok. Mengedepankan peran orang tua dalam kampanye ini sesuai dengan norma Komisi Perlindungan Anak  Indonesia (KPAI) yang menyatakan bahwa dari 70 juta anak di Indonesia, 37 persen atau 25,9 juta anak di antaranya pernah dan masih merokok. Upaya pencegahan harus dimulai sejak dini, dari lingkungan dan orang terdekat anak itu sendiri.

Melansir cegahperokokanak.id, peran orang tua dalam preventif perokok anak bisa terbagi menjadi dua hal. Yang pertama, jika anak masih dalam tahap mencoba-coba,   para orang tua  hendaknya melakukan upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri si anak agar mampu  menyikapi dengan tepat tekanan dan ajakan teman sebayanya. Orang tua hendaknya memberi pemahaman pada anak mengenai hal yang benar dan bukan mengenai yang salah. Anak yang merasa terhubung dengan orangtuanya akan lebih terbuka berbicara tentang masalah yang dihadapinya. Adapun jika anak sudah dalam tahap kecanduan, orang tua diharapkan tidak bereaksi berlebihan, tapi siapkan komunikasi yang lebih intens dan lebih fokus. Mintalah anak berbicara jujur untuk mengungkapkan apa yang membuatnya tertarik dengan rokok. Ajak anak untuk memikirkan masalah kedepan, seperti kesehatan dan keuangan. Tunjukan bahwa anak bisa membeli sesuatu barang yang lebih berarti dengan uangnya, dibandingkan membeli rokok. (ist)