Penyerapan Aspirasi Dr. Mangku Pastika: Sosialisasi Kebencanaan di Masyarakat Perlu Lebih Intens

(Baliekbis.com), Anggota DPD RI Perwakilan Bali (B.66) Dr. Made Mangku Pastika,M.M. mengatakan peran media sangat penting dalam menyebarluaskan informasi yang benar dan akurat ke masyarakat. Media selain menyebarkan informasi juga sebagai sarana edukasi.

Hal ini penting, agar masyarakat tak bingung karena banyaknya informasi di media sosial yang belum tentu kebenarannya (hoax).

“Terkait penyebaran informasi ini, pejabat perlu banyak berbicara dan beri penjelasan panjang lebar agar warga mengerti. Tak cukup hanya dengan Surat Edaran saja. Media juga harus lebih banyak dimanfaatkan,” ujar Mangku Pastika saat kegiatan reses menyerap aspirasi via vidcon, Senin (21/12) di Denpasar.

Vidcon dengan tema “Peranan Masyarakat dalam Siaga Bencana” dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja menghadirkan narasumber Kepala BPPD Prov. Bali Made Rentin dan Ketua Forkom
Perbekel se-Bali Gede Pawana.

Dalam penyerapan aspirasi tersebut, narasumber juga banyak mengungkap terkait bencana pandemi Covid-19 serta dampak dan upaya yang dilakukan. “Kita selalu dalam ancaman bencana alam (gunung meletus, banjir, tanah longsor). Jika seandainya terjadi kita punya referensi sehingga lebih siap menghadapinya,” jelasnya.

Menurut Mangku Pastika di tengah pandemi yang belum mereda, potensi terjadinya bencana alam juga perlu diantisipasi. “Untuk itu fasilitas juga harus ditingkatkan, apalagi pemerintah juga melibatkan desa adat dengan perangkatnya selain desa dinas,” jelas mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Sementara itu Kepala BPPD Prov. Bali Made Rentin mengakui salah satu komponen strategis yakni media media selama ini telah dilibatkan dalam berbagai kegiatan penanganan kebencanaan.

Terkait adanya rencana Pembelajaran Tatap Muka sebenarnya sudah diatur dengan kebijakan bersama empat menteri. Namun Bali saat ini belum bisa menerapkannya karena belum memenuhi syarat.

“Beberapa kabupaten statusnya zona merah, lainnya juga orange. Selain itu lansia, anak usia dini sampai SD masuk kelompok rentan. Jadi kita lebih optimalkan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh),” jelas Rentin.

Ia mengakui memang ada kejenuhan anak-anak selama belajar di rumah. Juga ada kendala internet (blank spot) di beberapa lokasi. “Ini dilematis sekali,” ujarnya.

Rentin menambahkan peran serta masyarakat dalam kesiapan menghadapi bencana cukup tinggi. Saat ini semua hotel (28) di Nusa Dua sudah memiliki sertifikat kesiapsiagaan bencana. Bali juga ada simulasi bencana.

Upaya preventif kesiapsiagaan bencana juga dilakukan BMKG seperti adanya sekolah lapang iklim juga akan digagas sekolah lapang bencana.

Sementara Ketua Forkom Perbekel se-Bali Gede Pawana menegaskan relawan di tingjat desa selalu siap dalam membantu penanganan bencana. Bahkan ada 52 grup yang selalu siap bekerja sama dan memberi informasi kepada warga ketika terjadi bencana. (bas)