Penyerapan Aspirasi Dr. Mangku Pastika: Masyarakat Otodidak Belajar Pertanian Dari Internet

(Baliekbis.com), Meski banyak hambatan yang dihadapi PPL dalam melaksanakan tugas penyuluhan kepada petani, namun sebenarnya pertanian Bali masih bisa lebih maju.

“Bali jauh lebih baik dari sisi infrastruktur. Masyarakatnya juga melek teknologi. Sekarang ini banyak yang belajar pertanian melalui internet termasuk juga petani,” ujar Anggota DPD RI Perwakilan Bali (B.66) Dr. Made Mangku Pastika,M.M., saat reses via vidcon, Rabu (23/12).

Reses dengan tema “Pengawasan atas Pelaksanaan UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan” dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja menghadirkan narasumber Kadis Pertanian dan Ketahanan Bali serta PPL dari Tabanan dan Denpasar.

Dikatakan meski ada kekurangan tenaga (PPL -Penyuluh Pertanian Lapangan), pembiayaan dan fasilitas sebagaimana diungkapkan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. Bali IB Wisnuardhana dan sejumlah PPL, namun Bali memiliki banyak kelebihan yang bisa dikembangkan.

“Iklim di Bali cukup bagus. Kita juga banyak memiliki sarjana pertanian, ini perlu diberi ruang agar bisa ikut mengembangkan sektor pertanian. Majunya sektor pertanian sangat tergantung SDM yang mumpuni,” jelas mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Melihat kondisi yang ada, Mangku Pastika juga berharap PPL terus berupaya untuk meningkatkan kinerjanya. “Ke depan PPL perlu mereformasi diri agar bisa dijadikan contoh. Sebab petani juga baru bergerak kalau sudah ada contoh,” tambah Mangku Pastika.

Demikian halnya BPP (Balai Penyuluh Pertanian) sebagai wadah pertemuan PPL juga harus meningkatkan perannya sebagai pusat informasi dan data baik cuaca, pasar, produk serta mengenalkan teknologi pertanian terbaru. “Sebab pertanian ini luas bukan hanya urusan produksi,  juga pasar, teknologi, dll.,” ujar Mangku Pastika.

Sementara Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. Bali IB Wisnuardhana mengatakan banyak keterbatasan yang dihadapi PPL pascareformasi. Pelimpahan status PPL dari tenaga pusat ke daerah menimbulkan hambatan di lapangan.

Jumlah PPL semakin menurun dan kegiatan pelatihan juga makin sedikit. “Idealnya tiap desa ada satu PPL, namun hal ini tak bisa terwujud karena minimnya jumlah PPL,” ujarnya.

Contohnya di Denpasar, dari 43 desa/kelurahan hanya ada 12 PPL. Itupun tahun 2020 ini ada 3 yang pensiun. Jadi 2021 tinggal 9,” ungkap PPL Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Denpasar Luh Ketut Sukarmi,S.P.

Ditambahkan Sukarmi, PPL dalam aktivitasnya tidak hanya memberi penyuhan ke sawah juga pada kelompok-kelompok di permukiman.

Minimnya tenaga penyuluh juga disampaikan PPL Dinas Pertanian Kab.Tabanan Ir. I Made Widiada. Di Tabanan saat ini ada 87 PPL dan tiap tahun banyak yang pensiun. “Kalau 2023 tak ada rekrutmen, maka PPL hanya tersisa 16 orang,” jelas Widiada yang sudah 30 tahun lebih sebagai penyuluh ini. (bas)