Penyerahan Bantuan Bibit Kopi Robusta di Buleleng, Petani Diminta Inovatif 

(Baliekbis.com),Kelemahan petani sering tidak menghitung biaya produksi dan hasil. Padahal bertani adalah sebuah bisnis (usaha). Ke depan hal ini perlu diperhatikan sehingga usaha tani bisa menguntungkan dan  mensejahterakan petani.

“Dengan hasil yang ada, saya minta petani jangan cepat merasa puas. Tapi terus berinovasi dengan memanfaatkan teknologi dan melihat peluang ada. Sekarang kopi lagi trend, jadi gaya hidup. Ini peluang besar bagi petani kopi,” ujar Anggota Komisi II DPR RI dapil Bali A.A. Bagus Adhi Mahendra Putra saat acara Diseminasi Inovasi Teknologi Pengembangan Benih Hasil Litbang Komoditas Kopi Robusta di Desa Pucaksari Kecamatan Busungbiu Buleleng, Senin (13/12).

Pada kegiatan tersebut Gus Adhi sapaan akrabnya menyerahkan bantuan 29 ribu lebih bibit kopi robusta secara simbolis kepada subak dan kelompok tani. Hadir pula Kepala BPPT Bali Dr. I Made Rai Yasa dan Kades Pucaksari Ketut Maliani.

Gus Adhi mengatakan sekarang saatnya petani tidak saja mengembangkan produksi namun juga inovasi agar memperluas pemasaran dan bisa memberi nilai tambah.

“Penanganan pascapanen sangat penting sebab nilai tambahnya sangat besar, bisa berlipat ganda. Seperti kopi diolah sebelum dijual, dibuatkan kemasan yang bagus dan tentu dengan teknologi online bisa dilakukan pemasaran secara lebih cepat dan mudah,” jelasnya.

Dalam lawatannya ke sejumlah negara, Gus Adhi mencontohkan negara Swiss yang tak punya kebun kakao, bisa menjadi produsen cokelat terbesar di dunia. “Ternyata kakao banyak didatangkan dari Indonesia,” jelasnya. Hal serupa dilakukan Turki yang mengolah hasil rempah-rempahnya menjadi bahan kering yang tahan lama dan memberi nilai tambah tinggi.

Di sisi lain Gus Adhi menjelaskan perlunya pengembangan produk (kopi luwak) berbasis kawasan untuk menjaga kualitas dan kuantitas serta kontinyuitas produk. Sehingga bisa mengisi peluang pasar yang ada termasuk pasar modern.

Kepala BPPT Bali Dr. I Made Rai Yasa mengatakan dari survei yang dilakukan kondisi Busungbiu mirip dengan Pupuan yang terkenal dengan kopinya. Ia juga menyebutkan konsumsi kopi terus meningkat. “Jadi prospeknya sangat bagus,” jelasnya.

Busungbiu memiliki areal kebun kopi paling luas. Namun produksinya terus menurun. Karena itu adanya bantuan bibit ini bisa mendukung upaya peremajaan sekaligus perluasan pengembangan kopi sehingga produksi meningkat.

Kades Pucaksari I Ketut Maliani mengatakan setiap panen, kopi petani di desanya didrop ke pengepul dari Pujungan. Ia mengaku  pengelolaan kopi di daerahnya memang belum profesional.

Petani juga banyak yang beralih ke tanaman durian dan alpukat dianggap lebuh prospek. Sebab harga kopi cenderung stag yakni berkisar Rp2-2,5 juta per kuintal. (bas)