Penting, Penguatan Manajemen Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi

(Baliekbis.com), Penguatan manajemen lembaga penelitian harus dilakukan oleh perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan yang juga menjalankan kegiatan penelitian. Hal tersebut mengemuka dalam Forum Nasional ke-2 Manajemen Lembaga Penelitian Indonesia: Kepemimpinan dan penguatan Manajjemen Lembaga Penelitian di Perguruan Tinggi yang berlangsung Kamis (3/5) di Auditorium FKKMK UGM.

Rektor UGM Prof.Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., mengatakan bahwa perbaikan terhadap manajemen lembaga penelitian di perguruan tinggi perlu dilakukan. Pasalnya, sebagian besar perguruan tinggi belum memiliki manajemen lembaga penelitian yang baik, terutama terkait sumber daya manusia yang baik secara kuantitas maupun kualitas.

Selain  itu, penyediaan fasilitas penelitian dan pendanaan patut menjadi perhatian bersama. Perguruan tinggi diharapkan tidak hanya berharap kepada pemerintah saja, tetapi dapat secara mandiri mencari solusi atas persoalan tersebut, salah satunya menjalin kerja sama dengan mitra.

“Semoga Indonesia bisa terus semngat melakukan riset karena dengan riset bangsa bisa lebih cepat maju dan akan banyak menghasilkan berbagai produk nasional, termasuk bidang kesehatan,”tuturnya. Sementara Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Ditjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek Dikti Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc., pada kesempatan tersebut menyampaikan inovasi yang dihasilkan oleh peneliti Indoensia baik dari lembaga penelitian mapun swasta belum menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam tiga tahun terakhir. Dalam kurun waktu tersebut baru menghasilkan sebanyak 31 inovasi saja.

“Inovasi ini menjadi tantangan kita. Sekitar 58 persen market inovasi Indoensia dikuasai asing seperti Amerika, Jepang, dan China,” ungkapnya. Kondisi ini telah menjadi persoalan yang umum dijumpai di negara berkembang, termasuk Indoensia. Mengalami lembah kematian teknologi karena banyak produk riset yang dihasilkan perguruan tinggi tidak sampai ke dunia usaha maupun tidak bisa diguankan oleh penggunanya.

“Ini terjadi karena memang secara tradisi di perguruan tinggi  tidak didorong untuk hilirisasi dan komersialisasi. Dengan ,”jelasnya. Dengan digabungnya Dikti ke Kemenristek ini, kata dia, sebagai langkah untuk mempertemukan antara penawaran dan permintaan dalam inovasi dan teknologi. Saat ini pemerintah pun terus mendorong hilirisasi riset yang dihasilkan lembaga penelitian maupun swasta.

Peneliti utama Balitbangkes Kemenkes Dr. Dede Anwar Musadad mengungkapkan  litbang memiliki peran penting dalam sistem kesehatan nasional. Sayangnya, kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan di Indonesia saat ini masih terkotak-kotak.

“Masih fragmented dan banyak duplikasi,” katanya. Selain itu, litbangkes juga dinilai belum banyak menyumbangkan kontribusi optimal bagi kebijakan nasional dan daerah. Akibatnya, riset yang dilakukan tidak berlangsung efisien dan pemanfaatan hasil penelitian tidak berjalan secara optimal.

Guna meningkatkan hasil riset, lanjutnya, balitbangkes terus membangun jejaring dan pembinaan litbangkes serta membangun poros kebijakan. Pengembangan jejaring litbangkes juga menggandeng perguruang tingi maupun poltekes serta lembaga penelitian. Disamping itu juga mengembangkan penelitian konsorsium yang melibatkan akademisi  dari perguruan tinggi, swasta dan pemerintah. Tidak kalah penting dengan membentuk working group dan kelompok penelitian seminar yang melibatkan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi. (ika)