Pelatihan BPR se Kota Denpasar, Optimis Capai Pertumbuhan 20 Persen

(Baliekbis.com), Jajaran Perbarindo Kota Denpasar optimis tahun 2018 ini bisa mencapai pertumbuhan lebih bagus dari tahun lalu baik penyaluran kredit maupun penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).

“Tahun ini kita prediksi pertumbuhan kinerja BPR di Kota Denpasar mencapai rata-rata sekitar 20 persen. Ini lebih baik dibandingkan tahun lalu yang mencapai 17 persen,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Komisariat Perbarindo Kota Denpasar Drs. I Made Sumardhana,S.E di sela-sela kegiatan pelatihan yang mengangkat tema “Melalui Pendidikan dan Pelatihan Penanganan Kredit Bermasalah BPR Menjadi Sehat, Kuat dan Berseri”.

Pelatihan yang berlangsung pada Jumat (26/10) di Hotel Puri Sharon Gatsu diikuti 60 peserta dari perwakilan 30 BPR Kota Denpasar itu, menghadirkan dua pembicara yakni
Ketut Supamuda, seorang bankir yang sudah pengalaman dan kini sebagai komisaris di sejumlah BPR dan Pribadi Budiono selaku Dirut BPR Lestari.

Menurut Sumardhana, optimisme meningkatnya kinerja BPR di Kota Denpasar karena perekonomian cenderung membaik, apalagi pasca pertemuan tahunan IMF-World Bank yang secara realitas meningkatkan pengembangan infrastruktur sehingga memicu pertumbuhan ekonomi. “Kita juga lihat sektor properti mulai tumbuh sehingga kredit ke sektor ini meningkat selain kredit modal kerja yang memang selama ini jadi andalan,” jelasnya.

Terkait pelatihan penanganan kredit bermasalah, dikatakan karena ada kecenderungan sebagian nasabah mengalami masalah pembayaran. “Jadi pelatihan ini sebagai upaya mencari solusi agar ada kesamaan langkah untuk mencarikan jalan keluar agar kredit bermasalah bisa kembali lancar,” jelas Komisaris Utama PT BPR Bank Pasar Umum di Jalan Teuku Umar ini.

Ditambahkan, pelatihan ini rutin digelar setiap triwulan. “Kita di Perbarindo sebagai pembina agar nasabah bisa memahami sehingga kewajibannya bisa berjalan lancar,” tambahnya. Sumardhana mengatakan pihaknya dalam mengatasi kredit bermasalah selama ini lebih memilih jalur komunikasi dengan nasabah. Jadi tak sampai menempuh jalur hukum. “Yang penting nasabah bisa melaksanakan kewajibannya. Ketika nasabah tertunda pembayaran maka kita komunikasikan dan mereka paham maka kita bisa selesaikan. Ada cara-cara lain agar nasabah bisa lebih baik ke depannya,” jelasnya.

Diakui banyak faktor penyebab NPL naik seperti karena masalah makro ekonomi dan perekonomian lokal di daerah masing-masing. Manajemen mereka juga bisa menjadi penyebab. Sebenarnya bank punya acuan dalam menganalisa pemberian kredit agar bisa mengantisipasi kemungkinan terjadinya masalah. Yakni dengan 5 C. Pertama menyangkut
character calon nasabah, kedua capasity, ketiga capital (modal), keempat condition dan terakhir colateral (jaminan/agunan). “Jadi kalau hal itu diterapkan, saya yakin semua bisa berjalan lancar,” tambahnya.

Terkait NPL di Denpasar dikatakan variatif ada di bawah lima persen juga ada yang di atas itu namun tak banyak. Dengan berbagai upaya termasuk mendatangkan motivator untuk pembinaan sehingga NPL bisa di bawah lima persen sesuai ketentuan OJK. Sementara itu Ketut Supamuda mengatakan tantangan di BPR adalah modal, teknologi dan SDM. “Kita harap dengan pelatihan ini kualitas SDM bisa semakin baik sehingga bisa angkat kinerja BPR,” jelasnya. (bas)